Efek elektoral pembebasan Ba'asyir dinilai tak signifikan 

Tanpa Ba'asyir pun, Jawa Tengah masih 'kandang banteng'.

Kuasa hukum capres Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, Yusril Ihza Mahendra (kanan) mengunjungi narapidana kasus terorisme Abu Bakar Baasyir (kiri) di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat , Jumat (18/1). Foto Antara

Rencana pemerintah membebaskan napi kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir masih menuai polemik. Pengamat politik Indria Samego mengatakan, Presiden Joko Widodo salah langkah dan kurang jeli dalam rencana pembebasan mantan petinggi Jamaah Islamiyah (JI) itu. 

Menurut Indria, Jokowi terindikasi ingin memulangkan Ba'asyir ke Solo. Pasalnya, kota kelahirannya itu kini 'diduduki' Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Diharapkan, Jokowi bakal menuang simpati warga Solo dengan langkah pembebasan Ba'asyir itu. 

"Kalau menang di Solo lalu kalah di tempat lain? Apalagi ini berkaitan dengan politik domestik dan internasional. Saya kira juga Solo tetap akan memilih Jokowi, apalagi Ganjar (Pranowo) masih menang di Jateng," ujar Indria di Habibie Center, Jakarta, Rabu (23/1).

Ganjar bakal melanjutkan pemerintahannya di Jateng setelah memenangi Pilkada 2018. Ganjar dan Jokowi sama-sama kader PDI-Perjuangan. Jateng juga dikenal sebagai markas partai berlambang banteng moncong putih itu.  

Di sisi lain, upaya menggembosi dominasi PDI-P dilakukan kubu Prabowo-Sandi dengan mendirikan posko pemenangan tak jauh dari kediaman Jokowi di Jalan Kutai Utara, Sumber, Solo, Jateng. Seperti Jokowi, keluarga Ba'asyir juga tinggal di Solo.