Ganjar-Mahfud MD bisa menjadi sintesis Jokowi

Kalau Prabowo-Gibran sebagai tesis. Anies-Muhaimin sebagai antitesis. Maka, Ganjar-Mahfud MD bisa memainkan peran sebagai sintesis.

Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat pengambilan nomor urut pasangan capres-cawpres. Foto: facebook.com/Ganjapranowo/photos

Ada yang berbeda dari pasangan Ganjar-Mahfud MD dan PDIP setelah Gibran Rakabuming Raka memutuskan menjadi pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2024. Di antaranya PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud MD menjadi kerap melayangkan kritik kepada Presiden Jokowi, baik secara langsung maupun halus.

Hal itu tampaknya menjadi arus balik bagi PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud MD dalam menentukan positioning terhadap pemerintahan saat ini. Pasalnya, sejak awal PDIP dan Ganjar-Mahfud MD telah mengidentikkan sebagai penerus dan bakal melanjutkan berbagai program yang telah dijalankan Presiden Jokowi.

Strategi komunikasi dengan melayangkan kritik kepada Presiden Jokowi yang coba dilakukan ternyata menjadi blunder terhadap tingkat elektoral terhadap pasangan Ganjar-Mahfud MD. Setidaknya itu terbaca pada hasil survei yang dilakukan Indonesia Political Opinion (IPO) dan LSI Denny JA yang menyebut ada penurunan elektoral dari pasangan ini.

Di mana, survei IPO periode November 2023 mencatat elektabilitas AMIN alias Anies-Muhaimin menyalip Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Elektabilitas Anies-Gus Imin mencapai 34,1%. Prabowo-Gibran 36,2% dan Ganjar-Mahfud dengan hasil survei 27,1%. 

Sedangkan data hasil survei LSI Denny JA di November 2023 menyebutkan, elektabilitas Prabowo-Gibran sudah di angka 40,3%. Ganjar-Mahfud 28,6% dan Anies-Muhaimin 20,3%. Padaha pada September 2023, selisih elektabilitas Ganjar dan Anies mencapai 21,9%. Tetapi pada November 2023, selisihnya tinggal 8,3% saja.