sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ganjar-Mahfud MD bisa menjadi sintesis Jokowi

Kalau Prabowo-Gibran sebagai tesis. Anies-Muhaimin sebagai antitesis. Maka, Ganjar-Mahfud MD bisa memainkan peran sebagai sintesis.

Hermansah
Hermansah Kamis, 23 Nov 2023 21:28 WIB
Ganjar-Mahfud MD bisa menjadi sintesis Jokowi

Ada yang berbeda dari pasangan Ganjar-Mahfud MD dan PDIP setelah Gibran Rakabuming Raka memutuskan menjadi pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2024. Di antaranya PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud MD menjadi kerap melayangkan kritik kepada Presiden Jokowi, baik secara langsung maupun halus.

Hal itu tampaknya menjadi arus balik bagi PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud MD dalam menentukan positioning terhadap pemerintahan saat ini. Pasalnya, sejak awal PDIP dan Ganjar-Mahfud MD telah mengidentikkan sebagai penerus dan bakal melanjutkan berbagai program yang telah dijalankan Presiden Jokowi.

Strategi komunikasi dengan melayangkan kritik kepada Presiden Jokowi yang coba dilakukan ternyata menjadi blunder terhadap tingkat elektoral terhadap pasangan Ganjar-Mahfud MD. Setidaknya itu terbaca pada hasil survei yang dilakukan Indonesia Political Opinion (IPO) dan LSI Denny JA yang menyebut ada penurunan elektoral dari pasangan ini.

Di mana, survei IPO periode November 2023 mencatat elektabilitas AMIN alias Anies-Muhaimin menyalip Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Elektabilitas Anies-Gus Imin mencapai 34,1%. Prabowo-Gibran 36,2% dan Ganjar-Mahfud dengan hasil survei 27,1%. 

Sedangkan data hasil survei LSI Denny JA di November 2023 menyebutkan, elektabilitas Prabowo-Gibran sudah di angka 40,3%. Ganjar-Mahfud 28,6% dan Anies-Muhaimin 20,3%. Padaha pada September 2023, selisih elektabilitas Ganjar dan Anies mencapai 21,9%. Tetapi pada November 2023, selisihnya tinggal 8,3% saja.

Penurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud MD tersebut dinilai sejumlah pengamat tidak terlepas dari blunder strategi yang dilakukan PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud MD. Lantas peran apa bisa dimainkan Ganjar-Mahfud MD agar elektabilitasnya tidak semakin melorot? Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Roy Rangkuti menyebutkan, kalau Ganjar-Mahfud MD sebenarnya bisa memainkan peran sebagai sintesa Jokowi.

"Kalau Prabowo-Gibran sebagai tesis. Anies-Muhaimin sebagai antitesis. Maka, Ganjar-Mahfud MD bisa memainkan peran sebagai sintesis," kata dia saat dihubungi Alinea.id, Kamis (23/12).

Sebagai sintesis, Ganjar-Mahfud bisa menjadi paduan (campuran) dari hal positif yang telah dilakukan pemerintahan Jokowi serta kekurangannya, menjadi sebuah kesatuan yang selaras. Hal itu sebenarnya secara formal telah disampaikan Ganjar dalam pidatonya pada saat pengambilan nomor urut pasangan calon di KPU.

Sponsored

Di mana pada kesempatan itu, Ganjar menyoroti empat hal. Yaitu, demokrasi, anti-KKN, penegakan hukum dan HAM. Di mana, keempat hal tersebut menjadi perhatian dari banyak pihak selama pemerintahan Presiden Jokowi. Khususnya pasca-MK memutuskan Perkara Nomor.90/PUU-XXI/2023 terkait usia minimal calon presiden dan calon wakil presiden pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

"Dari empat isu tersebut, Ganjar bisa memperbaiki kelemahan yang ada pada era Jokowi. Seraya meneruskan apa yang dianggap berhasil. Jadi mengambil yang baik dari apa yang telah dilakukan Jokowi. Sembari memperbaiki kelemahan dari yang telah dilakukan Jokowi," ucap dia.

Hampir senada, pengamat politik dari UI Cecep Hidayat mengakui kalau pasangan Ganjar-Mahfud MD harus mengambil posisi berbeda dari apa yang telah dilakukan Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin. Jika tidak, sangat besar kemungkinannya elektabilitas Ganjar-Muhaimin bakal terus turun.

"Memang amat sukar membuat citra yang baru buat Ganjar-Mahfud MD karena posisi ekstremnya sudah diambil Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran. Jadi yang paling mungkin adalah strategi yang terdiferensiasi. Misalkan saja dengan tidak membuat konfrontasi dengan Jokowi. Tetapi, tetap menawarkan perbaikan dari apa yang telah dilakukan Jokowi. Itu pilihan yang paling masuk akal pada saat ini," papar dia.

Di sisi lain, PDIP sebagai partai yang berkuasa selama sembilan tahun terakhir harus menunjukkan keberlanjutan memajukan Indonesia setelah Jokowi tidak lagi berkuasa. Dengan menggabungkan dan mengevaluasi apa yang menjadi hambatan dan kekuatan dari pemerintahan saat ini. Apalagi PDIP merupakan partai politik yang paling mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan dari pemerintahan Presiden Jokowi.

Hal itu memang harus menjadi perhatian tim kampanye nasional Ganjar-Mahfud MD agar tidak lagi melakukan blunder. Pendiri LSI Denny JA, Denny Januar Ali menyebutkan di momen 80 hari menuju Pilpres 2024, tampak terlihat kesulitan kubu Ganjar untuk menemukan posisi yang pas saat ini.  Kubu Ganjar seolah mati langkah. Mereka mati angin, dan perlu menemukan branding baru.

Dulu positioning kubu Ganjar, brand yang dibawanya, sudah sangat pas. Mereka menampilkan diri sebagai penerus Jokowi,  pelanjut Jokowi, dan pembawa spirit Jokowi. Tetapi tiba-tiba, kini kubu Ganjar berbelok menyerang Jokowi, mengritik Jokowi, menyikat Jokowi, dengan berbagai isu demokrasi mendung, dinasti, nepotisme, dan sebagainya.

"Pembelokkan posisi inilah yang membingungkan banyak pemilih di lapisan wong cilik. Kubu Ganjar masuk dan terjebak dalam situasi yang gamang. Jika kubu Ganjar ingin menampilkan pesona sebagai antitesa Jokowi, pembawa perubahan, bukankah di posisi itu, figur Anies Baswedan sudah duluan di sana dan jauh lebih kokoh?" tutur dia.

Kubu Ganjar terlambat masuk ke posisi antitesa Jokowi. Tetapi jika ingin kembali menampilkan diri sebagai penerus Jokowi, ini akan lebih lucu lagi setelah drama demokrasi mendung dengan gimmick baju hitamnya.

Ini yang tengah terjadi dan agak aneh jika tidak diketahui oleh tim pengatur strategi di kubu Ganjar. Jika Ganjar terus-menerus mengeritik Jokowi, mereka sebenarnya tengah membesarkan elektabilitas Anies Baswedan. Pendukung Ganjar yang sebenarnya karena efek Jokowi segera pindah sebagian ke Anies Baswedan. Anies mendapatkan bola muntah secara gratis. 

"Masih ada waktu 80 hari bagi Ganjar untuk menemukan branding-nya yang baru. Jika  tidak, Ganjar- Mahfud akan terkaget-kaget ketika mereka justru dilampaui oleh Anies Baswedan dan terjungkal di putaran pertama Pilpres 2024. Politik elektoral memang kadang membingungkan mereka yang tidak fasih dengan hukum besinya," ucap dia.

Berita Lainnya
×
tekid