Jubah kiai Ma'ruf hanya lindungi Jokowi dari stereotip

Kehadiran Ma'ruf sebagai pendamping Jokowi minim dampaknya dari sisi elektoral.

Calon Presiden petahana Nomor Urut 01 Joko Widodo (kanan) tiba untuk menghadiri Konsolidasi H-30 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta, Minggu (17/3). /Antara Foto

Suara umat Muslim bakal terus diperebutkan oleh para kandidat hingga penghujung kontestasi Pilpres 2019. Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wahyudi Akmaliah, elite-elite politik masih akan menggunakan politisasi agama demi meraih simpati pemilih Muslim.

"Ya, itu tak bisa dimungkiri entrepreneur politik itu memainkan simbol-simbol agama dan sebenarnya ini juga tak hanya dimainkan oleh partai Islam, partai sekuler juga memainkan ini," kata dia dalam sebuah diskusi di Kantor Populi Center, Jakarta, Kamis (21/3).

Wahyudi mengatakan, saat ini Jokowi cenderung dipersepsikan dekat dengan pemilih Muslim ketimbang Prabowo. Itu tak terlepas dari kehadiran mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai pendamping yang dinilai mewakili suara umat Islam.

"Sekarang posisinya terbalik. Dulu itu Prabowo yang terlihat agak mendekat ke suara Muslim itu terlihat saat itjima ulama. Nah, sekarang itu justru Jokowi yang terlihat dekat dengan umat Muslim karena dia memilih sosok Ma'ruf," ujar dia. 

Namun demikian, diakui Wahyudi, kehadiran Ma'ruf tidak berdampak banyak terhadap elektabilitas Jokowi. "Tapi, setidaknya memberhentikan stereotip-stereotip dan hoaks Jokowi sebagai anti-Islam. Pada level ini, tim Prabowo mengalami persoala mem-framing (Jokowi)," katanya.