Pengamat dorong Golkar bentuk poros keempat

Melihat dari dinamika terakhir, poros baru semakin memiliki harapan, terutama dengan menguatnya nama Erick Thohir sebagai cawapres Prabowo.

Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto. Foto Partai Golkar

Desakan beberapa anggota Dewan Pakar Golkar untuk menggelar munaslub dinilai akan berdampak positif bagi elektabilitas Golkar. 

Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono mengatakan, Golkar pascareformasi kerap mengalami guncangan internal, termasuk munaslub. Hal ini disebabkan, tidak ada “pemegang saham mayoritas” di partai Kuning. Sehingga semua tokoh di sana merasa memiliki kekuatan yang sama. Berbeda misalnya dengan PDIP yang tidak bisa dipisahkan dari figur Megawati Soekarnoputri, atau Gerindra yang lekat dengan nama Prabowo Subianto.

Dengan kata lain, demokratisasi internal di tubuh Golkar jauh lebih dinamis dibandingkan dengan partai-partai lain. Namun demikian, bila situasi ini tidak bisa dikelola dengan baik, juga berpotensi menghambat pencapaian organisasi.

"Terlalu seringnya munaslub di tubuh Golkar dalam beberapa periode ke ke belakang, salah satunya berdampak pada sulitnya Golkar (sebagai salah satu partai besar) menghasilkan nama capres yang kuat secara elektoral. Inilah pekerjaan rumah Golkar yang hingga kini belum dapat diselesaikan," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/7).

Bila membaca secara detail rekomendasi dewan pakar, maka sejatinya tidak ada kata munaslub. Justru yang pertama ditekankan adalah agar Airlangga segera maju sebagai capres/cawapres, melaksanakan amanat munas dan rakernas. Tetapi sayangnya, langkah DPP Golkar dalam menentukan arah koalisi cenderung lamban. Hal diduga salah satunya dikarenakan belum kuatnya elektabilitas Airlangga.