sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Di balik menguatnya cengkeraman petahana di Senayan

Parpol cenderung memudahkan caleg-caleg petahana untuk kembali memenangkan pemilu.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Sabtu, 27 Apr 2024 13:59 WIB
Di balik menguatnya cengkeraman petahana di Senayan

Wajah-wajah lama akan mendominasi penghuni DPR periode 2024-2029. Dari hasil penelusuran Centre for Strategic and International Studies (CSIS), dari total 580 kursi yang tersedia, sebanyak 56,4% dikuasai calon anggota legislatif (caleg) yang terpilih kembali di Pileg 2024. Sisanya digaet pendatang baru.

Petahana langganan DPR semisal politikus Golkar Bambang Soesatyo, politikus PDI-Perjuangan Puan Maharani, dan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid. Ketiganya sudah lebih dari dua periode berkantor di DPR. Hidayat bahkan sudah jadi anggota DPR sejak 2004. 

Jika dirinci, Partai Demokrat jadi parpol yang paling banyak mengantarkan petahana kembali ke DPR. Dari raihan 44 kursi, sebanyak 70,5% kursi anggota DPR untuk Demokrat dikuasai petahana. Partai NasDem jadi yang terendah dengan persentase sekitar 46,4%. 

Riset CSIS menunjukkan tren petahana terpilih menguat sejak 2004. Pada Pileg 2009, tercatat sebanyak 25,2% caleg petahana terpilih. Angka itu naik drastis pada Pileg 2014 menjadi 38,2%. Pada Pileg 2019, ada sekitar 47% caleg petahana yang kembali berkantor di Senayan. 

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai kembalinya "muka-muka lama" mendominasi DPR karena ada pengaruh kuat dari dinasti politik di tubuh partai. Petahana, kata dia, dilebarkan peluangnya oleh parpol untuk kembali berkantor di Senayan. 

"Dalam konteks parpol kita yang oligarkis, dinasti politik menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Dalam rangka mempertajam cengkeraman kelompok atau keluarga di parpol, upaya untuk mendistribusikan keluarga di kekuasaan mana saja juga terjadi. Semua untuk memastikan partai yang sudah oligarkis bisa memperluas jejaring dinastinya hingga kekuasaan," ujar Lucius kepada Alinea.id, Jumat (26/4).

Salah satu praktik "keberpihakan" ialah lewat penentuan nomor urut. Parpol biasanya menyediakan nomor urut cantik, mulai dari nomor 1, 2, dan 3, untuk petahana atau orang-orang penting di internal parpol. Simulasi Litbang Kompas terhadap hasil Pileg 2024 menunjukkan setidaknya ada 370 caleg nomor urut 1 yang melenggang ke Senayan.

Menurut Lucius, sangat sulit bagi caleg yang tidak loyal atau berelasi dengan dinasti politik partai bisa berpeluang menang di dapil. Caleg-caleg yang tidak dekat dengan petinggi parpol tak akan serius didukung partai dan dibiarkan bertarung sendirian di pemilu.

Sponsored

"Tanpa dinasti politik itu, muskil begitu banyak caleg yang berelasi dengan keluarga (petinggi parpol) bisa lolos masuk dalam daftar caleg hingga terpilih," ucap Lucius. 

Menurut Lucius, kembalinya "orang lama" sebagai legislator di DPR merupakan pertanda bila kaderisasi di partai politik cenderung mangkrak. "Kaderisasi hanya semacam kamuflase saja agar jalan bagi keluarga di dunia politik tak terlihat kasar saja oleh publik,"ucap Lucius. 

Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Djati menyebut kembalinya wajah-wajah lama ke parlemen mengindikasikan kinerja anggota DPR periode 2024-2029 bakal serupa dengan kinerja anggota DPR periode sebelumnya alias buruk.

"Sisi mudaratnya terhadap kinerja parlemen adalah potensi minimnya gagasan baru yang orisinil dari inisiatif DPR," ucap Wasisto kepada Alinea.id. 

Tak semua petahana langganan Senayan yang sukses di Pileg 2024. Seiring turunnya raupan suara parpol. sejumlah politikus DPR dari PDI-P gagal kembali ke DPR, semisal Masinton Pasaribu, Eriko Sotarduga, Arteria Dahlan, dan Kris Dayanti. Dari NasDem, sosok vokal seperti Taufik Basari pun gagal mempertahankan kursinya di DPR. 

Berita Lainnya
×
tekid