Propaganda Rusia: Berwajah di Krimea, beraroma di Indonesia

Propaganda ala Rusia disebut Jokowi dipraktikkan di kampanye Pilpres 2019.

Ilustrasi propaganda Russia. Foto Shutterstock.

Serangan berita bohong atau hoaks bisa dikata merupakan makanan sehari-hari bagi calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi). Sejak era kampanye Pilpres 2014, Jokowi memang langganan difitnah. Tudingan aseng dan antek asing sebagaimana 'dirintis' Tabloid Obor Rakyat sudah biasa ditujukan pada mantan Walikota Solo itu. 

Di pentas Pilpres 2019, hoaks pun kembali menggempur Jokowi. Lazimnya, Jokowi tak ambil pusing dan irit bicara soal itu. Selain oleh anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, urusan klarifikasi biasanya diserahkan kepada Ma'ruf Amin selaku pendamping. 
 
Namun, Jokowi akhirnya gerah juga. Saat menghadiri deklarasi dukungan dari Forum Alumni Jawa Timur di Surabaya, Sabtu (2/2) lalu, Jokowi menyerang balik. Di hadapan para pendukungnya, Jokowi menegaskan serangan-serangan yang dialamatkan kepadanya sengaja didesain sebagai strategi kampanye kubu lawan. 

"Problemnya adalah ada tim sukses yang menyiapkan propaganda Rusia yang setiap saat mengeluarkan semburan-semburan dusta, semburan hoaks. Ini yang segera harus diluruskan," cetus Jokowi ketika itu. 

Pernyataan senada juga diungkapkan Jokowi saat menerima dukungan dari Sedulur Kayu dan Mebel Jokowi di Jawa Tengah, keesokan harinya. Selain soal propaganda Rusia, Jokowi juga sempat menyinggung keberadaan konsultan asing di pihak lawan. "Konsultannya konsultan asing. Terus yang antek asing siapa?" cetus Jokowi. 

Perkara propaganda Rusia yang terlontar dari mulut Jokowi berbuntut panjang. Rabu (6/2) lalu, Advokat Peduli Pemilu melaporkan Jokowi dan sejumlah petinggi TKN Jokowi-Ma'ruf ke Bawaslu RI. Selang sehari, Jokowi kembali dilaporkan oleh Serikat Independen Rakyat Indonesia (SIRI) ke Bareskrim.