Semua capres-cawapres menjadi sasaran hoaks

Fenomena hoaks bukan hanya menyasar kepada masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi rendah

Warga menunjukkan stiker Jabar Saber Hoaks di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/12)./AntaraFoto

Hoaks yang disebar menjelang Pemilu 2019 bukan hanya ditunjukan untuk menyerang satu pasangan calon. Namun menyasar kedua pasangan capres dan cawapres yang tentunya akan merugikan rekam jejak mereka di mata masyarakat.

Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang Harits H Wicaksono mengatakan, masyarakat sedang disibukan oleh saling serang hoaks. Banyak masyarakat menjadi bebal dan merasa paling benar ketika menyebar isu-isu hoaks. "Mereka tidak pernah mencari data pembanding dari informasi yang diterima," kata Harits dalam diskusi bertemakan Hoaks dalam Pusaran Politik di salah satu cafe di Kota Serang, Kamis (31/1).

Meluasnya hoaks dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di sejumlah platfrom media sosial. Informasi yang berseliweran di medsos tersebut, banyak yang langsung disebarluaskan tanpa terlebih dahulu melakukan verifikasi kebenarannya.

Kondisi ini terjadi karena dipengaruhi ketidaksukaan terhadap tokoh, figur ataupun kondisi yang dia rasakan langsung di lapangan. Selain itu, sentimen suku, agama, ras dan adat juga menjadi faktor terbesar seseorang dengan mudahnya terpengaruh oleh berita-berita bohong yang beredar.

"Akhirnya dia menjadi bebal ketika ada yang mengkritik informasi yang dia sampaikan di medsos. Memberitahu dan meluruskan juga menjadi percuma, karena dia jadi maha benar sendiri dengan informasinya," ujar Harits.