Pertarungan purnawirawan tanda pengaruh Orde Baru belum luntur

Puluhan purnawirawan jenderal TNI turut meramaikan pertarungan Pilpres 2019.

Seorang wartawan merekam rilis hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dengan tema Kondisi Demokrasi Ekonomi Politik Nasional Pascaperistiwa 21-22 Mei : Sebuah Evaluasi Publik di Jakarta, Minggu (16/6). /Antara Foto

Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Thamrin Amal Tomagola menilai Indonesia masih belum bisa sepenuhnya lepas dari belenggu era Orde Baru. Hal itu setidaknya terindikasi dari beragam fenomena yang muncul pada kontestasi elektoral Pemilu 2019. 

"Sampai hari ini, bangsa kita belum sepenuhnya bebas dari (rezim) orde baru sampai hari ini," ujar Thamrin di kantor Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Jakarta Pusat, Minggu (16/6). 

Thamrin merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh SMRC. Survei tersebut menunjukkan sebanyak 43% masyarakat di Indonesia sering takut berbicara politik. Angka itu naik jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya sebesar 17%. 

Nuansa Orde Baru juga terindikasi dari masih kuatnya pengaruh 'orang militer' di dunia politik. Khusus di Pilpres 2019, hal itu terlihat dari maraknya pensiunan jenderal TNI yang mendukung dan bahkan masuk ke dalam struktur tim pemenangan kedua pasangan capres-cawapres. 

Di kubu Prabowo-Sandi misalnya, setidaknya ada 9 nama purnawirawan jenderal TNI yang masuk dalam struktur Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, yakni Tedjo Edhy Purdijanto, Yunus Yosfiah, Glenny Kairupan, Yayat Sudrajat, Moekhlas Sidik, Judi Magio Yusuf, Anwar Ende, Musa Bangun, dan Arifin Seman.