Sebelum itu, deteksi dini juga merupakan langkah yang diperlukan agar penyakit autoimun bisa segera disikapi segera secara medis.
Bagi sebagian orang, tubuh bisa menjadi musuh dalam diam. Penyakit autoimun—sebuah kondisi ketika sistem imun justru menyerang jaringan sehat—bukan hanya menyebabkan kerusakan fisik, tapi juga menyisakan luka yang tak kasat mata: gangguan kesehatan mental.
Sebuah studi terbaru dari Universitas Edinburgh, Inggris, memunculkan kekhawatiran baru. Para peneliti menemukan bahwa penderita autoimun memiliki risiko dua kali lipat lebih besar mengalami gangguan kesehatan mental dibandingkan populasi umum. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah BMJ Mental Health, dan membuka ruang diskusi tentang pentingnya merawat mental, tidak hanya fisik, bagi para pasien autoimun.
Autoimun dan Luka yang Tak Terlihat
Ada enam penyakit autoimun yang diamati dalam studi ini, termasuk rheumatoid arthritis (radang sendi kronis), lupus (yang dapat menyerang ginjal hingga otak), dan penyakit radang usus. Semua kondisi tersebut memiliki satu kesamaan: sistem kekebalan tubuh menyerang tubuhnya sendiri, menyebabkan peradangan, rasa sakit kronis, hingga kerusakan organ.
Namun, di balik semua itu, ternyata ada beban lain yang kerap terabaikan—kesehatan mental.