Kasus-kasus intimidasi dan teror terhadap aktivis, mahasiswa, dan jurnalis masih terus marak.
Intimidasi terhadap aktivis lingkungan dan pegiat hak asasi manusia masih terus marak. Akhir Mei lalu, rumah anggota Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Delima Silalahi di kawasan Silangit, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, dikirimi bangkai burung oleh orang tak dikenal.
Paket itu dikirimkan ke kediaman Delima hanya selang tiga hari setelah Delima dan ratusan warga menggelar unjuk rasa menuntut pemerintah dan DPRD setempat menutup PT Toba Pulp Lestari. Bersama aktivis Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSSPM) dan Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) Tano Batak, Delima sudah bertahun tahun memprotes keberadan PT TPL.
PT Toba Pulp Lestari (TPL)--sebelumnya dikenal sebagai PT Inti Indorayon Utama--adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi bubur kertas dan pengembangan konsesi hutan tanaman industri. Mayoritas sahamnya dimiliki pengusaha Sukanto Tanoto.
Pekan lalu, paket bernuansa teror juga diterima dua mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bali, yakni Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay. Wemison menjabat sebagai Ketua AMP Komite Kota Bali, sedangkan Yuberthinus merupakan salah satu pengurus di tingkat nasional.
Dalam sebuah rilis pers kepada wartawan, AMP menjelaskan kronologi peristiwa itu. Menurut AMP, ada dua paket dengan keterangan isi paket berupa buku berjudul “Papua Bergerak” yang dikirimkan bersamaan ke tempat tinggal Wemison dan Yuberthinus di Bali, Jumat (6/5).