Pejabat itu mengatakan Israel "sangat serius" dalam melaksanakan rencana Presiden AS Donald Trump, yang mencakup pengusiran warga Palestina dari Gaza ke negara ketiga.
Hamas menuduh Israel melancarkan "kampanye psikologis" terhadap warga Palestina setelah mengirimkan pesan SMS yang dilaporkan menawarkan bantuan untuk meninggalkan daerah kantong yang terkepung itu.
Pesan tersebut menginstruksikan penduduk di kamp pengungsi Al-Nuseirat untuk mengatur pertemuan pada hari Selasa antara pukul 9 pagi dan 2 siang di Koridor Netzarim dan menghubungi seseorang yang diidentifikasi hanya sebagai "Kapten Jalal" melalui WhatsApp.
Warga Palestina lainnya mengklaim keluarganya dikirimi pesan teks oleh seseorang yang mengaku sebagai penduduk Gaza yang menawarkan bantuan untuk mengungsi ke Prancis. Pria itu mengklaim relokasi tersebut merupakan bagian dari program pemerintah Prancis yang bertujuan untuk mendukung para ilmuwan dan seniman dari zona konflik, menurut Haaretz.
Ia menulis bahwa evakuasi akan terjadi minggu ini di bawah pengawasan pemerintah Prancis dan bahwa ilmuwan tambahan beserta keluarga mereka juga akan pergi. Program tersebut dilaporkan memungkinkan orang-orang tersebut untuk melanjutkan pekerjaan akademis atau budaya mereka di Prancis di lembaga pendidikan tinggi atau penelitian.
Pesan tersebut berbunyi: "Kami sangat berterima kasih atas kesempatan berharga ini yang memungkinkan kami untuk melanjutkan pekerjaan ilmiah kami di lingkungan yang aman dan stabil. Kami berharap dapat menyumbangkan pengetahuan kami kepada masyarakat setempat di Prancis, tetapi juga dapat kembali suatu hari nanti dan membantu membangun kembali Palestina dan Jalur Gaza."