Pada 2020, tercatat baru ada 37 lembaga pemikir yang beroperasi di Indonesia.
Lembaga pemikir (think tank) Prasasti Center for Policy Studies (PCPS) resmi diluncurkan di Jakarta, Senin (30/7) lalu. Meski digagas oleh elite Partai Gerindra, Prasast mengklaim bakal tetap kritis menyikapi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap keliru atau merugikan rakyat.
”Kalau kita lihat pemerintah bersalah atau keliru, ya, kita harus terus terang. Kalau kita berpikir kebijakan pemerintah itu salah, kita harus berani sampaikan,” kata pengusaha sekaligus inisiator Prasasti, Hashim Djojohadikusumo, saat memberikan sambutan dalam peresmian lembaga itu.
Hashim adalah adik dari Presiden Prabowo Subianto. Di Gerindra, Hashim menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Di pemerintahan, Hashim saat ini menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Perumahan.
Sejumlah akademisi, pengusaha, dan pakar telah bergabung jadi anggota Prasasti, semisal pengusaha Sulistiyanto dan Ellyus Achiruddin, eks Ketua Mahkaham Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie, dan ekonom Soedradjad Djiwandono.
Meskipun digagas oleh elite-elite di lingkaran kekuasaan, peneliti Lab45 Jaleswari Pramodhawardani mengatakan kehadiran Prasasti sebagai salah satu lembaga pemikir baru di Indonesia patut diapresiasi. Pasalnya, Indonesia masih butuh banyak lembaga think tank.
"Sedikitnya think tank di Indonesia bukanlah sekadar soal statistik, melainkan simtom (gejala penyakit) dari ekosistem pengetahuan kita," kata Jaleswari kepada Alinea.id, Sabtu (5/7).