Peristiwa

Kritik lucu ala TikTok: Saat warga Afrika menertawakan negaranya sendiri

Yang menjadi perhatian adalah ketika kritik semacam ini tidak disertai solusi.

Jumat, 18 Juli 2025 08:01

Jika Anda membuka internet atau menyimak siaran berita internasional, kemungkinan besar kabar tentang Afrika yang muncul masih berkutat soal perang, kudeta, pengungsi, atau wabah penyakit. Gambaran negatif ini terus-menerus berulang, seolah-olah benua Afrika tak memiliki sisi cerah. Banyak pihak menuding media Barat sebagai penyebab utama narasi pesimistis semacam itu.

Namun, upaya untuk mengubah persepsi itu terus dilakukan dari dalam. Sejak awal tahun 2000-an, sekelompok aktivis dan organisasi di Afrika meluncurkan kampanye bertajuk Africa Rising. Gerakan ini bertujuan membangun kembali citra positif Afrika sebagai kekuatan yang berkontribusi dalam pembangunan global. 

Mereka mendorong warga lokal maupun diaspora untuk aktif menciptakan konten yang memperkuat narasi positif tentang benua tersebut. Media sosial menjadi alat penting dalam menyebarkan pesan kampanye ini—meski sejauh mana keberhasilannya masih jadi perdebatan.

Menariknya, platform seperti TikTok kini justru memainkan peran yang jauh lebih besar dalam membentuk persepsi tentang Afrika, bukan hanya di mata dunia, tetapi juga di kalangan warganya sendiri. Sebuah studi komunikasi yang berfokus pada Ghana dan Zimbabwe menelusuri bagaimana masyarakat di kedua negara ini menggunakan TikTok untuk membicarakan kehidupan mereka. Hasilnya mengungkap sesuatu yang unik: warga menggunakan humor untuk mengkritik kondisi negara mereka sendiri.

Para peneliti menyebut fenomena ini sebagai “jurnalisme yang menyenangkan”—gaya penyampaian informasi kritis yang dibungkus dalam kemasan lucu dan menghibur. TikTok memungkinkan pengguna memproduksi video pendek dengan segala kreativitas yang mereka miliki. Di Ghana, sekitar 81% warga berusia di atas 16 tahun rutin mengakses TikTok setiap bulannya. Di Zimbabwe, pengguna dewasa TikTok mencapai lebih dari dua juta orang. Tak heran, jika platform ini menjadi panggung utama untuk berbagai ekspresi, termasuk kritik sosial-politik.

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait