Dengan mantel bulu tebal menyerupai kostum Jon Snow, seorang pria berdiri di dapur sambil menyiapkan Kabsa, hidangan khas Arab Saudi. Video itu bukan bagian dari serial fantasi, melainkan unggahan TikTok dari Hisham Baeshen—seorang koki, blogger makanan, dan kreator konten asal Saudi. Dalam sekejap, tayangan tersebut menyebar luas dan menjadi viral.
Bukan pertama kalinya Baeshen mencuri perhatian. Jutaan orang telah mengikuti akun TikTok-nya bukan hanya karena resep-resep menggoda, tapi karena suasana yang ia bangun di dalam setiap videonya. Ada semacam energi ringan dan menyenangkan dalam caranya memasak, bahkan saat menyiapkan sesuatu yang tampak sederhana seperti jelly mangga atau boba tapioka. Ia memperlakukan dapur seperti panggung kecil yang dipenuhi senyum, semangat, dan kehangatan yang tulus.
Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya terus berkarya, Baeshen menyebut bahwa penontonnya adalah sumber dorongan terbesar. Interaksi dengan audiens memberinya semangat untuk terus berinovasi dan menyajikan sesuatu yang baru. Komunitas TikTok yang penuh antusias menjadi bahan bakar kreativitasnya. Untuk menjaga konsistensi dan semangat itu tetap hidup, ia mulai mengatur jadwal dengan lebih rapi, merancang resep-resep lebih awal agar bisa memberi ruang bagi proses kreatif yang lebih bebas.
Masakan Arab, baginya, selalu memiliki tempat khusus. Ia menyebut cita rasanya yang berlapis-lapis, rempah-rempah yang kompleks, dan kedalaman rasa yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Hidangan-hidangan tradisional yang ia tampilkan bukan hanya soal memasak, tetapi juga tentang merayakan warisan budaya yang kaya.
Namun menjadi kreator di dunia digital tidak hanya tentang mengikuti selera pribadi. Ia juga beradaptasi dengan tren, tanpa kehilangan identitas kontennya. Baeshen mengelola dua aliran utama: seri konten berkelanjutan seperti “Makanan Maroko” dan eksperimen musiman seperti “Seri Semangka dan Telur.” Di saat yang sama, ia juga memberi ruang bagi topik-topik yang sedang populer di media sosial. Perpaduan ini membantunya tetap relevan sekaligus otentik.
Tantangan terbesar dalam perjalanannya bukanlah proses teknis seperti merekam atau mengedit video, melainkan menjaga agar kreativitas tetap segar di tengah jadwal yang padat. Ia belajar menyeimbangkan antara mempertahankan ide-ide orisinal dan merespons apa yang sedang hangat di luar sana. Salah satu resep favoritnya saat ini adalah Kabsa Elham, yang begitu disukai hingga masuk ke dalam menu restorannya dan menjadi salah satu hidangan paling laris.
Di balik semua pencapaian itu, Baeshen tetap menjaga hubungan yang akrab dengan para pengikutnya. Ia membagikan momen-momen di balik layar, termasuk kesalahan-kesalahan kecil yang sering justru mengundang tawa. Ketidaksempurnaan yang ditunjukkannya bukan hanya lucu, tapi membuat seluruh perjalanannya terasa lebih nyata dan bisa dihubungkan oleh banyak orang. Ia juga kerap menyambut para penggemar yang datang ke restorannya, menjadikan interaksi itu sebagai bagian dari pengalaman menyeluruh yang ia bangun.
Seiring waktu, proses produksinya ikut berkembang. Ia tidak lagi mengerjakan semuanya sendiri seperti di masa awal. Kini, ia dikelilingi oleh tim kecil yang solid. Mereka bekerja sama, saling mendukung, dan merayakan setiap kemajuan yang dicapai. Kebersamaan itulah yang membuat seluruh proses terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Bagi Baeshen, konten makanan bukanlah dunia yang tertutup. Ia percaya bahwa konten kuliner bisa terhubung dengan berbagai minat lain seperti perjalanan, olahraga, atau budaya pop. Ia hanya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan—fokus utama tetap harus jelas, agar audiens tahu apa yang mereka ikuti. Kejelasan tujuan dan cara penyampaian, menurutnya, akan membedakan konten yang sekadar menarik perhatian dari yang benar-benar membangun hubungan jangka panjang dengan penonton.
Dari balik panci dan kamera, Hisham Baeshen mengingatkan bahwa membangun konten bukan hanya soal tren dan angka. Ini adalah tentang menjaga rasa, menemukan ritme, dan berbagi energi positif dengan siapa pun yang menonton.(gulftoday)