Peristiwa

Tipu-tipu deepfake: Apa yang harus kita waspadai?

Sepanjang 2022-2023 saja, terjadi peningkatan kasus penipuan bergenre deepfake di Indonesia hingga mencapai 1.550%.

Selasa, 10 Juni 2025 07:00

Kasus-kasus penipuan digital berbasis teknologi deepfake terus meningkat di berbagai belahan dunia. Salah satu kasus terbesar terjadi di Hong Kong: sebuah perusahaan multinasional ditipu melalui panggilan video deepfake yang meniru eksekutif mereka.

Di Australia, seorang korban kehilangan tabungan sebesar 400.000 dolar Australia akibat video palsu dari tokoh terkenal yang mempromosikan investasi fiktif. Secara nasional, total kerugian akibat penipuan serupa mencapai 8 juta dolar Australia.

Indonesia juga perlu waspada. PT Indonesia Digital Identity (VIDA) mencatat peningkatan kasus penipuan menggunakan deepfake yang sangat signifikan, yakni 1.550% pada 2022-2023. Jenis penipuan meliputi social engineering (soceng), account takeover (ATO), identity theft (pencurian identitas), dan document forgery (pemalsuan dokumen).

Pengamat informasi dan teknologi Heru Sutadi membenarkan penipuan bermodus deepfake semakin berbahaya. Ia mencontohkan video deepfake yang menggunakan wajah Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk mempromosikan bantuan sosial palsu pada awal 2025. 

“Modus penipuan seperti ini akan terus dimanfaatkan, terutama di tengah literasi digital masyarakat Indonesia yang masih rendah. Masyarakat harus lebih cerdas dan berhati-hati terhadap deepfake yang menyaru sebagai suami, istri, pejabat, atau bahkan polisi demi menipu dan mendorong kita memberikan uang,” ujar Heru kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini. 

Ikhsan Bilnazari Reporter
Christian D Simbolon Editor

Tag Terkait

Berita Terkait