close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi love scamming. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi love scamming. Foto Freepik.
Bisnis - Hubungan dan Percintaan
Kamis, 27 Februari 2025 18:32

Bahaya penipu asmara: Demi cinta, uang ratusan juta melayang

Penipuan bernuansa romansa kian bertambah. Salah satu korbannya bahkan mengalami kerugian hingga Rp600 juta.
swipe

"As a gift, I would like to send you an iPhone," tulis sebuah pesan Whatsapp yang diunggah akun Instagram @beacukaipasuruan, belum lama ini. 

Pesan itu diterima oleh Dian (nama samaran), dari Robert (nama samaran) yang mengaku tinggal di Amerika Serikat (AS). Dian mengenal Robert lewat media sosial Instagram dan belum pernah bertemu secara langsung. 

Robert sering mengirimkan pesan kepada Dian berisi sejuta kata-kata manis, termasuk mengaku kalau merindukannya.

Sepekan setelah janji hadiah iPhone tersebut, Dian kembali menerima pesan yang mengaku dari Bea Cukai. Isinya, barang yang dikirim untuknya berupa iPhone ditahan oleh Bea Cukai dan harus membayar pajak sebesar Rp2 juta.

"Kakak bisa transfer ke rekening kami untuk diurus barangnya. Jika tidak dibayar akan kami laporkan ke pihak berwenang ya kak," tulis pesan yang diterima Dian tersebut.

Bea Cukai mengatakan kasus tersebut merupakan salah satu love scamming, yaitu modus penipuan di mana pelaku menciptakan identitas palsu di dunia maya untuk mendapatkan kepercayaan dan kasih sayang korban. Pelaku kemudian menggunakan hubungan yang intim ini untuk memanipulasi dan mengeksploitasi korbannya demi keuntungan pribadi.

"Nah ternyata modus ini juga banyak digunakan pada penipuan yang mengatasnamakan Bea Cukai," tulis Bea Cukai dalam akun Instagram-nya. 

Pelaku biasanya menargetkan perempuan dari usia muda hingga paruh baya. Tak sedikit yang kehilangan uang dari tipuan daya cinta para love scammer. Bahkan ada satu korban yang mengalami kerugian hingga Rp600 juta.

Modus lain

Kasus love scamming menelan banyak korban. Sebelumnya, CNBC Indonesia sempat mewawancarai salah satu korban penipu asmara, bernama Tuti (nama samaran). Tuti sempat kehilangan uang sebesar Rp26 juta akibat tipuan daya seorang pria tampan yang dikenalnya lewat Instagram.

Tuti menuturkan puluhan korban terkena tipu daya dari sindikat tersebut, dengan kerugian terbesar mencapai Rp600 juta yang dialami oleh seorang single parent berusia di atas 50 tahun.

Modus yang digunakan oleh sindikat penipuan tersebut yakni mengajak korban berkenalan di media sosial. Kemudian, mencari tahu sejumlah informasi tentang calon korban mereka. Skenario yang digunakan untuk menipu korbannya cenderung sama. 

Awalnya para sindikat penipuan akan memberikan informasi pekerjaan, yakni sebagai salah satu engineer di perusahaan gas dan minyak yang terletak di Papua. Kemudian mereka berusaha untuk menemui para korban dan menjanjikan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Di sinilah banyak perempuan akhirnya luluh dan bersedia menyetorkan sejumlah uang yang diminta penipu. 

Misalnya, karena mengaku bekerja di sebuah tambang di Papua, penipu menjanjikan akan menemui perempuan calon korban mereka. Namun, penipu beralasan bahwa dia tak memiliki uang transpor untuk menuju kota tempat si perempuan berada, lantaran gajinya ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Si penipu pun meminta bantuan kepada korban dengan meminta sejumlah uang. Di sini, si penipu juga bekerja sama dengan sindikatnya untuk menjadi peran lain yang bertugas sebagai kepala divisi di perusahaan tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan korbannya agar bersedia membiayai uang transportasi si penipu.

Uang transportasi yang diberikan kepada si penipu untuk para korbannya adalah untuk biaya helikopter atau speed boat. Mereka mematok biaya yang berbeda-beda kepada para korbannya, mulai dari Rp5 juta hingga Rp30 juta.

Berlanjut ke skenario selanjutnya, setelah para korban membayar transportasi, si penipu akan memberikan informasi ia telah tiba di kota besar di Papua, namun membutuhkan uang untuk penginapan di resor lantaran asrama yang dimiliki kantornya sedang penuh. Di sini, mereka minta ditransfer Rp5 juta hingga Rp10 juta.

Kemudian setelah korban membayar resor, si penipu akan berlanjut pada skenario selanjutnya di mana ia berjanji untuk mencairkan gajinya dan mengirimnya kepada para korban dengan nilai miliaran rupiah. Korban yang sudah masuk dalam perangkap pun akhirnya dimintai uang untuk biaya notaris dan biaya perpindahan kurs dari dolar AS ke rupiah, karena si penipu mengklaim menerima gaji dalam bentuk dolar AS.

Ketika sudah masuk skenario ini, ada peran tambahan dari para sindikat penipuan yang mengaku sebagai pihak bank dan meminta sejumlah uang belasan juta sebagai biaya administrasi perpindahan kurs dari dolar AS ke rupiah. Si korban yang percaya begitu saja pun mentransfer.

Tak usai sampai di situ, penipu lalu mengirimkan bukti foto cek palsu senilai gaji miliaran yang ia sebutkan. Cek palsu tersebut hanya berlaku selama dua hari untuk dicairkan. Di wilayah kantor darat Papua tersebut tidak terdapat bank, sehingga mau tidak mau si penipu harus pergi ke Batam untuk mencairkan dana tersebut.

Si penipu pun akhirnya meminta uang kembali kepada korbannya untuk tiket pesawat dari Papua ke Batam. Korban yang sangat amat percaya, akhirnya mentransfer biaya tiket pesawat.

Setelah mentransfer, si penipu akan mengabarkan korban telah berhasil mendarat di bandara Batam. Berselang beberapa jam kemudian, si korban akan mendapatkan telepon dari pihak bandara palsu.

Sindikat penipuan pun berusaha menjadi pihak bandara untuk mengabarkan kepada korban bahwa si penipu pingsan karena serangan jantung.

Korban yang merasa panik akhirnya diberi kabar kalau si penipu dikirimkan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Berselang beberapa hari, korban akan mendapat telepon dari pihak rumah sakit, yang dimana pihak rumah sakit tersebut merupakan sindikat dari penipuan.

Pihak rumah sakit abal-abal ini akan mengatakan kepada korban, pacar korban alias si penipu tengah dirawat dan dalam keadaan kritis. Sindikat penipuan pun meminta uang puluhan juta hingga ratusan juta untuk biaya operasi pemasangan ring jantung dan biaya perawatan rumah sakit.

Korban yang sudah terlanjur cinta pun akhirnya mentransfer uang tersebut. Namun, tanpa diduga, berselang beberapa hari, si korban kembali dikabarkan oleh pihak rumah sakit abal-abal bahwa pacar korban telah meninggal dunia.

Korban pun histeris merasa kehilangan calon pendamping hidupnya yang telah dinanti untuk pulang menemuinya. Kemudian penipuan tak sampai disitu, pihak rumah sakit abal-abal pun kembali meminta uang untuk biaya pengiriman jenazah ke rumah keluarga si penipu.

Korban pun kembali mengeluarkan uang untuk biaya pengiriman jenazah. 

Di sini korban paruh baya tadi belum menyadari bahwa ia telah tertipu. Selang beberapa hari, sindikat penipuan kembali menghubungi korban. Skenario selanjutnya adalah sindikat penipuan mengaku sebagai teman dekat penipu sebelumnya yang telah meninggal dunia.

Sindikat penipuan peran baru pun kembali mendekati korban untuk berusaha mengobati luka di hati si korban. Dari sini sindikat penipuan kembali melakukan tipu daya. Beruntungnya, belum berlanjut ke babak kedua, korban telah berhasil dihubungi pihak kepolisian Polda Jawa Barat dan menginformasikan korban telah terkena kasus penipuan love scamming.

Terus meningkat

Dikutip dari laman Pusiknas Bareskrim Polri, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat terdapat transaksi hingga miliaran rupiah dari adanya kasus penipuan bernuansa romansa di Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi menyebut penipuan dengan modus cinta menjadi salah satu kasus yang banyak dilaporkan ke Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) alias Pusat Penanganan Penipuan Transaksi Keuang​an. 

"Penipuan love scam, ini banyak sekali. Orang mengirim uang karena merasa sudah punya relationship," katanya, belum lama ini.

Menurut Kiki, panggilan akrabnya, total laporan terkait penipuan yang diterima IASC per 9 Februari 2025 mencapai 42.257 laporan. Dari total tersebut, yang sudah diverifikasi mencapai 40.936 laporan. Adapun total rekening yang terverifikasi mencapai 70.390 rekening dan yang sudah diblokir 19.980 rekening.

"Total dana kerugian masyarakat dalam waktu tiga bulan Rp700 miliar dan sudah kami blokir sekitar Rp100 miliar. Kecepatan korban dalam melaporkan sebuah kasus akan menentukan berapa besar yang bisa diselamatkan dari korbannya," ujarnya. 

Selain penipuan asmara, modus yang sering dilaporkan adalah penipuan transaksi jual beli online, penipuan berkedok investasi, penipuan untuk mendapatkan hadiah, dan fake call.

"Penipuan melalui media sosial juga banyak. Hati-hati, modusnya melalui DM (direct message) di Instagram, saya juga pernah mengalami. Mereka (penipu) DM ke Instagram, mereka sudah profiling, tahu nama kita, kita bergerak di bidang apa, ini sangat mudah dicari di medsos (media sosial)," ujar Kiki.

Kemudian, penipuan di penawaran kerja, pinjaman online fiktif, pengiriman file APK melalui Whatsapp, serta penipuan menggunakan kecerdasan buatan atau AI seperti deep fake.

Kiki bilang, OJK bersama dengan stakeholder dan pelaku jasa keuangan selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk mewaspadai permintaan transfer uang yang tidak lazim.

"Masyarakat sebaiknya menggukaan autentikasi multifaktor supaya aman akun kita, serta update informasi terhadap berbagai scam yang terjadi," katanya. 

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan