Bau 'amis' politik di balik pertemuan Prabowo-Jokowi di Kaltim, Hasto-Muzani di DPP PDIP

Pertemuan elite PDIP-Gerindra bukan kebetulan, semua peristiwa politik selalu melalui sebuah perencanaan.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berbincang dengan Menhan Prabowo sebelum bertolak menuju Kalimantan Timur (Kaltim) Selasa (24/08/2021)/Foto Setkab.

Ditemani Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak ke Kalimantan Timur (Kaltim) untuk meninjau proses pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru pada Selasa (25/8). Di lokasi ini, Prabowo 'membujuk' Jokowi  untuk berani memindahkan IKN ke Kaltim. Selain alasan strategis, pemindahan IKN perlu dilakukan untuk memisahkan pusat pemerintahan dari pusat ekonomi.

Tepat di hari yang sama, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani menggelar pertemuan di markas PDIP, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam konferensi pers, keduanya tak menampik membahas Pemilu 2024 dan amandemen UUD 1945, namun lebih fokus untuk membantu pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago meyakini pertemuan Prabowo-Jokowi dan Hasto-Muzani bukan kebetulan. Kata dia, semua peristiwa politik selalu melalui sebuah perencanaan (by design) atau dengan sengaja diciptakan untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Apalagi, sekelas PDIP yang merupakan partai penguasa "the ruling party" dan Gerindra partai papan atas.

"Saya termasuk mazhab yang percaya dalam setiap agenda dan pertemuan politik ada desain, ada arsiteknya. Enggak mungkin secara bersamaan dua pertemuan tersebut terjadi kebetulan atau alamiah," kata Pangi saat dihubungi Alinea.id, Rabu (25/8).

Lantas apa makna perjalanan Jokowi-Prabowo dan pertemuan Hasto-Muzani? Menurut Pangi, boleh jadi ada pesan di balik pertemuan tersebut, baik antara Jokowi-Prabowo dan PDIP-Gerindra yang diwakili Hasto dan Muzani. Selain sinyal duet PDIP-Gerindra, pertemuan tersebut juga mengindikasikan amandemen UUD 1945 terutama terkait perpanjangan masa jabatan presiden.