DPR kecam Luhut soal pembangunan pabrik vaksin China di Indonesia

Menurut Mulyanto, mestinya pemerintah memprioritaskan pembangunan pabrik vaksin Merah Putih, bukan pabrik vaksin dari China.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam webinar, Rabu (14/07/2021)/Foto tangkapan layar

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengecam keras sikap Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Panjaitan karena dinilai lebih mengutamakan pendirian pabrik vaksin dari China dibandingkan mendukung riset dan produksi vaksin dalam negeri. Menurutnya, kebijakan ini sangat merugikan dan menghambat perkembangan riset vaksin yang hampir rampung.

"Semestinya pemerintah memprioritaskan pembangunan pabrik vaksin Merah Putih, bukan malah mempromosikan pabrik vaksin dari China. Apalagi para ahli kita mampu memproduksi vaksin tersebut. Inikan kontra produktif," kata Mulyanto dalam keterangannya kepada Alinea.id, Rabu (25/8).

Mulyanto menjelaskan, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa, (24/8) dilaporkan bahwa riset Vaksin Merah Putih berbasis platform virus yang dimatikan (inactivated virus) tengah dilakukan uji praklinis (clinical lots), dan akan dilanjutkan dengan uji klinik fase 1-3.

Diperkirakan Emergency Use Authority (EUA) untuk vaksin yang dipelopori Universitas Airlangga ini akan dikeluarkan BPOM pada Maret 2022. Selanjutnya, vaksin dapat diproduksi massal bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals. Dilaporkan juga saat ini BPOM tengah melakukan uji praklinis Vaksin Merah Putih ini.

Dalam Konsorsium Riset Covid-19, yang dikoordinasikan BRIN, ada 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.