Duet Prabowo-Ganjar dinilai sulit terwujud

Seharusnya jika mengikuti teori cottail effect, maka calon dengan elektabilitas tertinggi, seharusnya yang menjadi capres. 

Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Jokowi. Foto Instagram Prabowo

Center (DCSC-ASIA), Zaenal A Budiyono, menilai wacana menduetkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bakal sulit terwujud meski adanya sinyal 'dukungan' dari Istana.

Hal ini disampaikan Zaenal merespons pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo perihal duet Prabowo-Ganjar. Pernyataan Hashim ini sekaligus menegaskan jika Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin bukanlah calon wakil presiden (cawapres) yang mendampingi Prabowo.

Menurut Zaenal, isyarat Hashim ihwal duet Prabowo-Ganjar bisa jadi karena 'restu' pihak Istana. Itu setidaknya terlihat dari endorse Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke dua nama tersebut. Sebaliknya, kata Zaenal, Jokowi tidak melakukannya untuk nama Capres lain, seperti Anies Baswedan atau Puan Maharani. 

"Ditambah dengan meningkatnya frekuensi kehadiran ketiganya (Jokowi, Ganjar, dan Prabowo) di sejumlah momen, semakin menguatkan dugaan ke arah sana," kata Zaenal di Jakarta, Senin (13/3).

Masalahnya, kata Zaenal, Hashim mensyaratkan Prabowo harus sebagai capres, sementara di banyak survei, justru elektabilitas Ganjar yang di atas Prabowo.