Fahri Hamzah sebut anggota DPR seperti 'perkakas' partai politik

Fahri Hamzah juga berpendapat, parpol menjelma menjadi "kantong-kantong" meraih kekuasaan, tetapi tidak menawarkan gagasan segar.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah. Dokumentasi DPR

Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Fahri Hamzah, menilai, "cita rasa" demokrasi tanah air hilang seiring dengan melemahnya penghargaan terhadap kebebasan berekspresi. Kecenderungan ini merampas demokrasi perlahan-lahan sehingga menyerupai kudeta.

"Ini yang harus kita cemaskan. Kita gagal memahami bahwa fungsi parlemen, parlemen itu independen. Partai politik (parpol) harus menjaga jarak dari jabatan elektoral, termasuk parlemen di dalamnya," ucapnya dalam webinar Moya Institute bertajuk "Demokrasi Indonesia di Simpang Jalan?" pada Jumat (5/3).

"Itulah sebabnya yang kita tangisi sekarang adalah DPR kita tidak lagi bisa mandiri karena kekuasaan partai politik di parlemen itu betul-betul menyatu. Apa kata partai seolah-olah tidak bisa dibantah oleh para anggotanya karena anggota seperti 'perkakas' partai politik, hak milik partai politik," sambungnya.

Padahal, menurut Fahri, anggota DPR merupakan pilihan rakyat dan parpol hanya mencalonkan saja. Sistem demokrasi di Indonesia, sambungnya, didesain menjaga agar tidak kembali ke otoritarianisme sebab tradisi tersebut, seperti kerajaan hingga era kolonial, jauh lebih lama bercokol daripada demokrasi dalam sejarah Indonesia.

Selain itu, Fahri berpendapat, parpol menjelma menjadi "kantong-kantong" untuk meraih kekuasaan bahkan dinilai sudah tidak menawarkan gagasan-gagasan segar untuk menantang jalannya pemerintahan.