Istana ingin 'mengamputasi' isu reshuffle kabinet

Kemarahan Presiden Jokowi mengganggu psikologis menteri dalam bekerja.

Mensesneg Pratikno (kedua dari kiri) saat memberikan keterangan pers di Gedung Utama Kemensetneg, Jakarta, Senin (6/7)/Foto BPMI/Setkab.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Senin (6/7), menyampaikan bahwa teguran keras yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Sidang Kabinet beberapa waktu lalu direspons cepat oleh Kabinet Indonesia Maju untuk terus berpacu dan mempercepat program Pemerintah.

Bahkan, Mensesneg menyebut langkah reshuffle atau perombakan kabinet sebagaimana dikemukakan Presiden dalam pidatonya itu tak lagi relevan.

“Teguran keras tersebut punya arti yang signifikan dan dilaksanakan secara cepat oleh kabinet. Tentu saja dengan progres yang bagus ini isu reshuffle tidak lagi relevan sejauh bagus terus. Sekarang ini sudah bagus dan semoga bagus terus,” ujar Mensesneg Pratikno, di Gedung Utama Kementerian Sekretariat Negara, kemarin.

Menanggapi pernyataan Mensesneg tersebut, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai istana ingin 'mengamputasi' spekulasi isu reshuffle kabinet.

"Agar tak ada lagi yang mengaitkan amarah Jokowi dengan reshuffle. Suka tak suka kemarahan Jokowi secara alamiah mengganggu psikologis menteri dalam bekerja," kata Adi dihubungi Alinea.id, Selasa (7/7).