Jokowi diminta jangan main mata soal pemilihan Ketum Golkar

Jokowi harus memposisikan dirinya berada di tengah atau netral.

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Seskab Pramono Anung (kanan), Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kedua kanan) dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong (kiri) menerima pimpinan Hyundai Motors Group di Istana Merdeka. Antara Foto

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan sebaiknya Presiden Jokowi bersikap netral dalam menyikapi pertarungan antara Airlangga Hartarto dengan Bambang Soesatyo dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar.

Pasalnya, kata Adi, jika Jokowi main mata dengan salah satu kandidat justru akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Bukan tidak mungkin, pihak yang kalah dalam perebutan kursi ketua umum Golkar bakal mengganggu jalannya pemerintahan Jokowi selama lima tahun yang akan datang. 

“Jokowi harus di tengah. Ini penting untuk mengamankan dukungan Golkar terhadap Jokowi. Kalau sampai Jokowi terkesan main mata, katakanlah ke Airlangga dan dia menang, maka gerbong Bamsoet bakal bereaksi,” kata Adi di Jakarta padam Rabu (31/7).

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengklaim hampir seluruh organisasi masyarakat atau ormas dan sayap partai mendukung Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menjadi Ketua Umum Partai Golkar di periode berikutnya. Tak hanya itu, dukungan juga mengalir dari DPD di tingkat provinsi dan kabupaten atau kota.

“Seluruh DPD Partai Golkar di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta ormas dan sayap partai sudah hampir 90% mendukung Airlangga sebagai petahana. Itu berdasarkan deklarasi dari dukungan DPD I dan DPD II, dan sekarang tinggal 4 provinsi lagi,” kata Dedi di kantor DPD Golkar DKI Jakarta di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).