Rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto menuai polemik.
Calon pahlawan nasional tahun 2025 sudah dibahas Kementerian Sosial (Kemensos) bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) pada Maret 2025. Sepuluh tokoh yang diusulkan, antara lain Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Bisri Sansuri, Idris bin Salim Al-Jufri, Teuku, Abdul Hamid Azwar, Abbas Abdul Jamil, Anak Agung Gede Anom Mudita, Deman Tende, Midian Sirait, Yusuf Hasim, dan Soeharto.
Ada pula delapan tokoh yang disetujui Dewan Gelar pada 2024 yang diajukan kembali, antara lain Andi Makasau, Bambang Sugeng, Rahma El Yunusiah, Frans Seda, Muhammad Sroedji, AM Sangaji, Rd. Soerjadi Soerjadarma, dan Sultan Muhammad Salahuddin.
Dari nama-nama tokoh tersebut, nama mantan presiden ke-2 Indonesia, Soeharto paling menjadi sorotan. Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mengatakan, semua nama calon pahlawan nasional punya peluang yang sama, termasuk Soeharto. Sebab, syarat-syarat normatifnya semua sudah terpenuhi.
Pengusulan nama Soeharto dalam daftar calon pahlawan nasional tahun ini sudah memenuhi syarat normatif, kata Saifullah, karena MPR sudah resmi mencabut nama Soeharto dari TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
“Pak Harto (Soeharto) itu sudah berulang-ulang diusulkan, tapi masih ada kendala. Sekarang salah satu kendalanya itu kemarin soal TAP MPR-nya sudah dicabut,” kata Saifullah di Jakarta Selatan, Rabu (23/4), seperti dikutip dari Antara.