Ketum PPP "digoyang" isu amplop kiai hingga diminta mundur

Permintaan agar Suharso Monoarfa menanggalkan jabatan ketua umum belakangan dilayangkan ketiga pimpinan Majelis DPP PPP.

Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa. Dokumentasi PPP

Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa, tengah menjadi sorotan setelah pidatonya soal "amplop kiai" dianggap melecehkan ulama. Gara-gara pernyataan itu pula Suharso diminta mundur dari jabatannya sebagai pucuk pimpinan partai Ka'bah bahkan dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh seseorang bernama Ari Kurniawan, Sabtu (10/8).

"Harkat, martabat, dan marwahnya para ulama serta kiai telah dilecehkan oleh Suharso. Kalau dia punya pemikiran, pendidikan, adab, dan akhlak, tidak pantas bicara seperti itu," ujar Ketua Umum Ikatan Habib Nahdlatul Ulama (IHNU), Habib Salim bin Jindan, dalam konferensi pers di Pondok Pesantren Nurul Amanah, Jakarta Selatan, Senin (22/8).

Jika seseorang mencintai ulama, menurut Habib Salim, takkan mungkin keluar dari lisannya kata-kata yang melecehkan kiai. Oleh karena itu, dia meminta Suharso segera mundur sebagai ketua umum PPP, yang merupakan partai Islam, sekaligus menanggalkan jabatannya di Kabinet Indonesia Maju.

Desakan agar Suharso mundur dari jabatannya sebagai ketua umum PPP belakangan juga datang dari para pimpinan Majelis DPP PPP. Ini tertuang di dalam surat tertanggal 22 Agustus 2022. 

Ketiga Majelis DPP PPP itu, yakni KH Mustofa Aqil Siraj sebagai Ketua Majelis Syariah, M. Mardiono sebagai Ketua Majelis Pertimbangan, dan KH Zarkasih Nur sebagai Ketua Majelis Kehormatan.