Kiprah NU di Pilpres 2019 potensial diganjar kursi menteri

Jumlah pemilih dari kalangan NU yang mencoblos Jokowi-Ma'ruf naik 12%.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi (tengah) dan Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden, Juri Ardianto (kedua dari kanan) dalam diskusi bertajuk "Faktor NU Dalam Kemenangan Jokowi-KMA," di Hours Cafe, Jakarta Utara, Jumat (19/7). Alinea.id/Achmad Al Fiqri.

Nahdatul Ulama (NU) dinilai menjadi salah satu organisasi masyarakat (ormas) yang paling berperan dalam memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Menurut Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden, Juri Ardianto, posisi NU krusial dalam menentukan hasil akhir pilpres.

"Jadi sesuatu yang wajar jika TKN (Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf) melihat NU menjadi faktor yang sangat krusial (dalam pemenangan)," ujar Juri dalam diskusi di Hours Cafe, Jakarta Utara, Jumat (19/7).

Karena kiprahnya di Pilpres 2019, Juri mengatakan, tidak heran jika NU menginginkan jatah kursi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf. Apalagi, NU juga memiliki agenda-agenda kebangsaan yang ingin mereka capai. 

Di sisi lain, lanjut Juri, Jokowi pun tidak akan rugi memilih kader NU sebagai pembatu di pemerintahannya ke depan. Namun, harus dipastikan agenda NU tidak kontradiktif dengan agenda nasional pemerintah. 

"Misalnya begini, agenda melawan radikalisasi agama, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Melawan radikalisasi agama itu tidak hanya menjadi tugas kelompok agamawan, kiai, santri atau masyarakat, tetapi juga harus didukung oleh pemerintahan," kata dia.