Partai koalisi Jokowi mengejar efek ekor jas Ma'ruf Amin

"Mereka juga akan menaikan popularitas Ma'ruf untuk mendompleng suara mereka."

Calon presiden petahana Joko Widodo (kedua kiri) bersama calon wakil presiden Ma'ruf Amin (kedua kanan), Ketua Umum Partai Golkar Airangga Hartarto (kiri) dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kanan) berdoa sebelum berangkat menuju KPU di Jakarta, Jumat (10/8)./Antara Foto

Terpilihnya KH. Ma'ruf Amin sebagai pendamping calon presiden petahana, Joko Widodo (Jokowi), di Pilpres 2019 memberi kejutan tersendiri dalam dinamika politik menjelang masa pendaftaran Pilpres berakhir. Ini disebabkan nama Ma'ruf Amin berada di samping nama-nama yang santer dipilih, seperti Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, ataupun Moeldoko.

Selain itu, para ketua umum partai pengusung Jokowi juga berhasrat untuk tampil sebagai pendamping Jokowi. Mereka berharap mendapatkan coat-tail effect (efek ekor jas), atau pengaruh elektoral calon terhadap partainya, dari elektabilitas Jokowi. Tak heran jika sejumlah elite partai saling tebar pesona untuk  menjadikan  ketua umum ataupun kadernya menjadi pendamping Jokowi.

Dengan terpilihnya Ma'ruf Amin, apakah efek ekor jas tersebut masih menjadi fokus para elite partai politik?

Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan, dipilihnya Ma'ruf Amin tak mengurangi peluang Golkar untuk menaikan elektoral partai. Menurutnya, Ma'ruf Amin memiliki konsep pembangunan ekonomi yang sama, yang dapat dikawinkan dengan program Golkar. Kesamaan inilah yang diharapkan mampu menaikan posisi elektoral partai berlambang pohon beringin.

"Pak Ma'ruf kan punya konsep ekonomi umat, nah kita juga punya kesamaan visi, yaitu Indonesia sejahtera 2045, yang konsep dasarnya membangun dari desa. Ini sama dengan apa yang dikonsep pak Ma'ruf, nah itu nanti kita sasar disitunya. Kami mengidentifikasinya dari sisi itu," kata Lodewijk setelah melakukan pertemuan dengan Ma'ruf Amin di DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (10/8).