Perludem: Koalisi parpol di daerah lebih ekstrem daripada pusat

Tren koalisi gemuk parpol terus meningkat. Imbasnya, terjadi kontestasi melawan kotak kosong di 25 daerah dalam Pilkada 2020.

Ilustrasi. Pixabay

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunissa Nur Agustyanti, mengatakan, kondisi koalisi partai politik (parpol) di daerah lebih ekstrem daripada di pusat. Hal itu dikarenakan koalisi yang dibentuk cenderung memborong semua partai.

Dampaknya, kata Khoirunissa, membuat calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) terus meningkat setiap tahun. Dalam Pilkada 2020, aklamasi alias melawan "kotak kosong" terjadi di 25 daerah.

"Angkanya terus meningkat. Di 2015 ada tiga daerah, di 2017 ada sembilan daerah, di 2018 (ada) 16 daerah, di 2020 ada 25 daerah," ujarnya dalam webinar, Minggu (7/3).

Khoirunissa mengatakan, situasi yang terjadi pada 2020 sama saja menunjukkan adanya peningkatan delapan kali lipat calon tunggal di wilayah. Ini karena daerah yang menggelar Pilkada 2015 masih sama dengan Pilkada 2020.

Lebih lanjut, Khoirunissa berpendapat, koalisi bongsor terjadi karena partai ingin mempertahankan eksistensi. Kondisi itu menyebabkan koalisi yang terbentuk tidak berdasarkan ideologi atau program, tetapi hanya berpijak pada kepentingan.