Indonesia bisa kebanjiran permintaan gas dan batu bara karena konflik Rusia-Ukraina

Terganggunya pasokan batu bara dari Rusia untuk China juga akan mendatangkan pembeli beralih ke Indonesia.

Suasana bongkar muat di pelabuhan. Foto ilustrasi: Pixabay

Konflik Rusia dan Ukraina dapat lebih menyibukkan dunia maritim dan pelaut Indonesia. Hal itu terjadi apabila konflik sampai berujung pada terjadinya penutupan jalur pipanisasi minyak dan gas menuju negara-negara Uni Eropa, serta sanksi ekonomi yang ditujukan kepada Rusia yang menyebabkan kegiatan ekspor batu bara Rusia menjadi terhambat.

"Terlepas dari kita tidak mendukung sama sekali adanya perang di dunia ini, perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini dapat memberi dampak positif bagi dunia kemaritiman Indonesia," ujar pengamat maritim Marcellus Hakeng Jayawibawa dalam keterangannya, Kamis (3/3). 

"Termasuk juga tentunya bagi para pelaut Indonesia, karena pastinya dengan naiknya kebutuhan distribusi BBM, Gas dan batu bara ke Eropa serta China yang nantinya akan menggunakan kapal, maka akan berimbas peningkatan kebutuhan pelaut yang akan bekerja di atas kapal di mana tentunya pelaut Indonesia bisa bekerja di atasnya," sambung dia.

Marcellus menjelaskan, penutupan jalur pipa gas itu di satu sisi dapat dimanfaatkan oleh negara Indonesia dengan menjadi pemasok kebutuhan gas pengganti. Pangkalnya, 30% total kebutuhan gas Uni Eropa dipenuhi dari Rusia yang pengirimannya dilakukan melalui jalur pipa. 

Dia menuturkan, terganggunya pasokan batu bara dari Rusia untuk China juga tentunya akan berdampak besar. Sebab, Rusia yang merupakan negara eksportir batu bara nomor dua ke China, saat ini menemui kesulitan untuk dapat melakukan proses jual beli batu baranya lantaran sanksi ekonomi yang diberikan oleh Amerika dan sekutunya.