Buku "Menjerat Gus Dur", antara harapan dan sangkaan halusinasi

Terbitnya buku "Menjerat Gus Dur" memicu kontroversi. Sejumlah tokoh politik nasional disebut turut berperan dalam pelengseran Gus Dur.

Menko Polhukam Mahfud Md (kedua kiri), Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar (kiri), Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) (kedua kanan) dan Cendekiawan Muslim yang juga mantan Menlu Alwi Shihab (kanan) menghadiri peringatan Haul ke-10 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta, Sabtu (28/12/2019) malam. Foto Antara/Asprilla Dwi Adha

Satu dasawarsa wafatnya Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, 30 Desember 2019, terbit sebuah buku berjudul "Menjerat Gus Dur" (2019) karya Virdika Rizky Utama. Buku ini sontak menjadi perbincangan sekaligus memantik polemik banyak pihak. Pasalnya, buku terbitan Numedia Digital ini memuat sebuah dokumen rahasia yang ditulis oleh bekas Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII di era Soeharto, Fuad Bawazier.

Dokumen tersebut berisi ihwal sebuah operasi senyap beberapa tokoh yang dikepalai oleh Fuad. Tujuannya untuk menggulingkan Gus Dur dari jabatannya sebagai presiden secara sistematis.

Operasi senyap itu, berdasarkan buku ini disebut sebagi skenario 'Semut Merah'. Tak tanggung-tanggung, sosok yang termaktub berperan penting ikut menggulingkan Gus Dur merupakan tokoh-tokoh kawakan dalam dunia perpolitikan di tanah air.

Beberapa tokoh yang disebut Fuad telah bersekongkol untuk menggulingkan Gus Dur di antaranya politikus senior Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, politikus senior PAN Amien Rais, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, dan mantan Ketua MK Hamndan Zoelva.

Bukan hanya itu, terdapat pula nama mantan hakim MK Patrialis Akbar, Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Japto Soelistyo Soerjosoemarno, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, serta putra mendiang Presiden ke-2 RI Soeharto yang bernama Bambang Trihatmodjo. Tokoh-tokoh ini memiliki perannya masing-masing.