Partai politik saling sindir jelang Pemilu 1955

Pemilu 1955 disebut-sebut sebagai Pemilu paling demokratis sepanjang sejarah Indonesia. Di balik itu, ada pertarungan antarpartai.

Sejumlah lambang partai politik peserta Pemilu 1955. /commons.wikimedia.org.

“Jika Masyumi menang, Lapangan Banteng ini akan diubah jadi Lapangan Onta.”

Seorang juru kampanye Partai Komunis Indonesia (PKI) melontarkan pernyataan keras itu pada September 1955 di Lapangan Banteng, Jakarta, seperti dikisahkan budayawan Alwi Shahab kepada majalah Tempo edisi 13 Agustus 2007.

Saat itu, jelang Pemilihan Umum (Pemilu) pertama, suasana politik memang riuh. Saling sindir menjadi makanan sehari-hari para politikus partai politik yang bertarung di Pemilu 1955.

Ada 172 kontestan yang bersaing meraih kursi parlemen. Pemilu ini sendiri dibagi menjadi dua tahap, yakni memilih anggota DPR pada 29 September 1955, dan memilih anggota Konstituante pada 15 Desember 1955.

Selain PKI dan Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sejumlah parpol yang memilik basis massa besar ikut ambil bagian dalam persaingan, antara lain Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).