PDIP jadi partai terkuat, disusul Gerindra dan Golkar

Jika pemilu legislatif digelar sekarang, mayoritas publik berdasarkan riset Poltracking akan memilih PDIP.

Sejumlah pengurus partai politik menghadiri pengundian nomor urut partai politik peserta pemilu 2019 di Gedung KPU, Jakarta, Minggu (18/2)/ AntaraFoto

Dalam survei bertajuk Proyeksi Skenario Peta Koalisi Pilpres 2019 yang dikeluarkan Poltracking pekan lalu, ada tiga partai dominan yang akan dipilih masyarakat. PDIP memperoleh 26,5% disusul Partai Gerindra 13,4%. Kemudian di posisi ketiga, Partai Golkar dengan perolehan 11,3%. Baru setelahnya, sejumlah partai menengah seperti Partai Demokrat 6,6%, Partai Kebangkitan Bangsa 6%, Partai Keadilan Sejahtera 4,6%, dan Partai Amanat Nasional 3,6%.

Dalam survei yang mengambil sampel 1.200 responden ini, dua partai menunjukkan kenaikan elektabilitas dibanding pemilu legislatif 2014, yakni PDIP dan Gerindra. Kenaikan perolehan suara dua partai tak bisa dilepaskan dari dinamika politik yang terjadi belakangan.

PDIP terkuat karena partai ini selalu dikaitkan dengan sosok yang diusungnya, Jokowi. Ini dibenarkan lewat riset Poltracking mengenai kedekatan dengan partai politik atau partisan identification (Party ID). Sebanyak 60% responden mengaku tidak dekat dengan partai, sedangkan yang menjawab dekat hanya 20,4%. “Rendahnya party ID menjelaskan kuatnya pengaruh figur partai dan kandidat capres terhadap elektabilitas partai atau coattail effect, apalagi dalam konteks pemilu serentak,” terang Hanta Yudha, dalam rilisnya, Minggu (18/2).

PDIP jadi kandidat kuat pemenang pemilu 2019 lantaran potensi suara akan tergiring pada sosok presiden petahana yang rekam jejaknya tampak dan kinerjanya bisa diukur. Hanya saja, hal itu bisa berubah, seiring dengan gebrakan enam bulan terakhir jelang pemilu nanti. “Bagaimana cara efektif mengukur preferensi publik, lihat saja gebrakan yang dilakukan calon pemimpin atau parpol dalam enam bulan terakhir,” tandas Nusron Wahid, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, popularitas Gerindra juga melambung berkat terpilihnya Anies Baswedan sebagai DKI-1. Anies yang kala itu diusung sejumlah partai termasuk Gerindra dan PKS berhasil memukul telak Ahok-Djarot. Karena Anies menempati posisi strategis di DKI Jakarta, Gerindra ikut disorot, sehingga popularitasnya meningkat.