Pelatihan Kartu Prakerja terkesan buang-buang duit negara

Kegiatan itu pun lebih menguntungkan penyedia jasa dibanding penerima manfaat Kartu Prakerja.

Ilustrasi Kartu Prakerja. Dokumentasi prakerja.go.id

Anggota Komisi IX DPR, Anas Thahir, menilai, pelatihan kompetensi Program Kartu Prakerja secara daring (online) tidak tepat dilaksanakan saat darurat kesehatan masyarakat (kesmas) imbas pandemi coronavirus anyar (Covid-19). Apalagi, menelan anggaran hingga Rp5,6 triliun.

"Pekerja baru yang membutuhkan pelatihan. Mereka (sasaran Kartu Prakerja), pekerja lama, membutuhkan bantuan tunai untuk bertahan hidup," ucapnya, melalui keterangan tertulis, Jumat (17/4).

Menurut dia, pemerintah semestinya fokus menjaga tingkat konsumi masyarakat di tengah "badai pemutusan hubungan kerja (PHK)". Pangkalnya, menjadi kontributor terbesar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi. Karenanya, pemerintah seharusnya memberikan bantuan langsung tunai (BLT), bukan pelatihan.

Bagi politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini, anggaran pelatihan daring (online) tersebut lebih menguntungkan penyedia jasa daripada penerima manfaat Kartu Prakerja. Apabila dialihkan menjadi BLT, diyakini memberikan dampak ganda (multiplier effect) bagi perekonomian.