Kapal Pertamina ditahan Greenpeace, Komisi VII minta pemerintah lakukan negosiasi

Mulyanto berpendapat, tertahannya  VLCC Pertamina Prime bisa berdampak pada biaya angkutan dan keterlambatan pasokan.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mulyanto. Foto: dpr.go.id

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menyoroti pencegatan kapal Very Large Crude Carrier (VLCC) berkapasitas 2 juta barel bertajuk VLCC Pertamina Prime milik Pertamina oleh aktivis Greenpeace di lepas pantai Denmark. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menduga, kapal tersebut mengangkut minyak yang dibeli Indonesia dari Rusia.

"Tampaknya demikian," ujar Mulyanto saat dihubungi Alinea.id, Senin (4/4).

Menurut dia, pemerintah membeli ke Rusia karena alasan ekonomi, yakni lebih menguntungkan mengimpor migas dari Rusia ketimbang negara mitra tradisional di tengah turbulensi harga migas dunia. Namun demikian, kata dia, dampak secara politik perlu mendapat perhatian, apalagi sekarang tertahan Greenpeace Denmark.

"Perlu peran berbagai pihak untuk negosiasi akan insiden ini tidak merugikan keuangan BUMN kita," ujarnya.

Mulyanto berpendapat, tertahannya  VLCC Pertamina Prime bisa berdampak pada biaya angkutan dan keterlambatan pasokan. Sementara, penambahan kuota solar meningkat serta tekanan terhadap Pertalite semakin kentara.