Pengamat melihat ada penumpang gelap, seperti pebisnis dan cukong, di balik wacana pencalonan Anies sebagai presiden.
Wacana sejumlah parpol dan ormas memajukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres), kian menguat akhir-akhir ini. Kedekatannya dengan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang beberapa kali tertangkap media, dianggap sebagai sinyalemen pencapresan eks Rektor Universitas Paramadina tersebut. Ini tak ubahnya restu yang pernah dihadiahkan JK pada Anies saat Pilgub DKI 2017 silam.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun melihat kedekatan antara Anies dan JK tidak bisa dilepaskan dari tafsir politik, karena kedua sosok itu sudah lama rapat. “Biasanya mereka makin kental intensitas pertemuannya saat menjelang pemilu. Itu teramati saat menjelang Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, dan Pilkada DKI 2017 lalu,” kata Ubed saat dihubungi Alinea, Senin (9/7).
Menurut Ubed, Anies dan JK memiliki koneksi yang kuat sebab saling mendukung satu sama lain. “Kedua tokoh ini nampaknya memiliki pemikiran yang sama, terutama soal relasi antara bisnis dan politik. Pada pasca-Reformasi, kalau tidak salah Anies Baswedan pernah meyakini dalam artikelnya, terkait era pebisnis memasuki arena politik,” jelas Ubed.
Ubed melihat artikel tersebut bisa saja mewakili cara pandang Anies dan JK. “Keduanya bertemu pada titik pemikiran yang sama,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago melihat kemungkinan JK sengaja memasang Anies sebagai capres. “Bagaimana pun, kalau JK tidak maju, Anies akan dipasang untuk menjaga kepentingan bisnisnya,” kata Pangi saat dihubungi Alinea melalui telpon, Selasa (10/7).