close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir dalam acara kelompok relawan pendukung Pramono-Rano di Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/11). /Foto Instagram @aniesbaswedan
icon caption
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir dalam acara kelompok relawan pendukung Pramono-Rano di Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/11). /Foto Instagram @aniesbaswedan
Politik
Senin, 28 Juli 2025 10:00

Yang tersirat dari safari podcast Anies Baswedan

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan rutin muncul di podcast.
swipe

Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kian rutin muncul di podcast. Teranyar, Anies jadi narasumber di podcast yang diampu komika Tretan Muslim, @Tretan Universe dan podcast-nya komika Coki Pardede. Belum lama ini, wawancara dengan Anies juga tayang di kanal YouTube @ Forum Keadilan. 

Di @Tretan Universe, Anies bercerita banyak hal, termasuk soal pengalamannya mengarungi Pilpres 2024 bersama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Adapun di @Forum Keadilan, Anies secara khusus menyoroti kasus dugaan korupsi eks Mendag Tom Lembong. Tom ialah salah satu pendukung Anies di Pilpres 2024. 

Analisis politik dari Universitas Islam  Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bakir Ihsan menilai safari podcast yang digelar Anies merupakan upaya merawat elektabilitas. Bukan pejabat publik, Anies butuh medium untuk menyosialisasikan gagasan-gagasannya kepada publik luas. 

"Karena Anies enggak punya jabatan, enggak punya posisi. Beda dengan Prabowo dan kandidat-kandidat yang mungkin tampil karena dia punya posisi, termasuk punya partai politik," kata Bakir kepada Alinea.id, Sabtu (26/7).

Bakir menilai, tampil di siniar YouTube yang memiliki banyak pengikut bisa membantu Anies membuka "keterhubungan" dengan publik."Ini cara Anies untuk merangkul dan agar bisa menjadi bagian konfigurasi politik," kata Bakir.

Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) Masduki sepakat Anies melakoni safari siniar YouTube karena butuh panggung politik. Namun, ia tak yakin safari podcast itu bakal efektif merawat popularita atau elektabilitasnya hingga Pilpres 2029. 

"Kalau modelnya seperti yang sekarang, kalem, lama-lama dia akan tenggelam lagi. Sebab jika hanya mengandalkan podcast, dia timbul-tenggelam dan ditentukan oleh hanya semata-mata algoritma," kata Masduki kepada Alinea.id. 

Anies, kata Masduki, sejatinya tak perlu harus safari podcast jika berniat memposisikan diri sebagai tokoh oposisi terhadap pemerintahan Prabowo. Tanpa harus tampil di podcast pun, Anies bisa meraih simpati publik jika menunjukkan sikap tegas terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang merugikan publik. 

"Kultur politik kita saat ini tidak ada oposisi. Orang juga lebih melihat rasional konteks ketimbang emosional konteks. Semisal dalam kasus vonis terhadap Tom Lembong itu, Anies tidak memiliki statement yang kuat. Anies lebih menonjolkan sisi emosionalnya. Jadi, semacam kekecewaan. Menurut saya, ini sebagai pendidikan politik tidak cukup produktif," kata Masduki. 

Dalam situasi saat ini, Masduki berpendapat, publik buuth seorang pemimpin politik yang punya orisinalitas atau sikap tegas terhadap isu-isu publik demi mengimbangi narasi penguasa. Peran itu, kata dia, bisa diambil Anies. 

"Jadi, tidak harus selalu berkeliling. Jadi, ini (safari podcast) memang upaya untuk menjaga keterhubungan karena keterhubungan lebih banyak dibangun dalam dunia maya. Tetapi, ini bisa jadi keterhubungan yang semu dan tidak produktif bagi pendidikan politik dalam jangka panjang," jelas dia. 

 


 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan