Pengamat: Jangan politisasi santri

Selayaknya, santri diperlakukan sebagai salah satu entitas ilmiah, religius dan tidak ada yang boleh mempolitisir oleh kepentingan politik

Sejumlah santri mengikuti Kirab Hari Santri Nasional 2018 di Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (22/10)./AntaraFoto

Kedua pasangan calon wakil presiden gencar mendatangi pondok pesantren menjelang perhelatan Pilpres 2019.  Safari politik yang dilakukan oleh Capres ke pondok pesantren (ponpes) karena mereka melihat potensi yang besar pemilih dari kalangan santri tersebut.

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menegaskan santri bukanlah kayu bakar politik yang hanya disapa lima tahun sekali. Diperhatikan hanya menjelang politik elektoral. 

"Jangan sampai ada politisasi terhadap santri, biarkan santri yang memilih dan menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani mereka," tegasnya kepada Alinea.id, Senin (22/10).

Jika diseret ke politik praktis, ditakutkan terjadi perpecahan politik diantara sesama santri. Selayaknya, santri diperlakukan sebagai salah satu entitas ilmiah, religius dan tidak ada yang boleh mempolitisir oleh kepentingan politik apapun.

"Meskipun mereka merupakan salah satu segmen ceruk pemilih mayoritas, biarkan saja para santri memilih sesuai dengan hati nurani dan sikap politik mereka. Tidak perlu dikapitalisasi dan tidak perlu di kaveling santri A pilih calon ini, santri B pilih calon itu. Karena, dikhawatirkan memunculkan friksi dan pertentangan di bawah," tegasnya.