Pertarungan politik populisme

Populisme menjadi istilah yang populer beberapa tahun belakangan, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Joko Widodo dan Prabowo Subianto bertemu saat penentuan nomor urut capres-cawapres di kantor KPU, Jakarta, beberapa waktu lalu. /Antara Foto.

Kampanye pemilihan presiden 2019 semakin panas. Dua kubu, saling serang menggunakan bahasa bersayap, yang kedengarannya kasar.

Joko Widodo, yang akan bertarung kembali pada Pilpres 2019 mendatang, pernah mengucapkan “politisi sontoloyo”, saat menghadiri pembagian sertifikat tanah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 23 Oktober 2018.

Dia pun pernah mengungkapkan kata “politik genderuwo” saat membagikan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada 9 November 2018.

Sedangkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto pernah membuat masyarakat Boyolali panas kuping, lantaran melontarkan “tampang boyolali” saat berpidato pada acara peresmian kantor Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada 30 Oktober 2018.

Pernyataan tersebut sempat menimbulkan polemik di masyarakat. Beberapa orang berpendapat, ungkapan itu disasar ke rivalnya masing-masing. Namun, istilah tersebut kontraproduktif.