Bayang-bayang friksi setelah Prabowo menggandeng PKB dan NasDem

Sudah ada jatah menteri bagi PKB dan NasDem jika resmi bergabung di koalisi parpol pendukung Prabowo-Gibran.

Presiden terpilih Prabowo Subianto berbincang dengan para ketua umum parpol pendukung Prabowo-Gibran di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Menteng, Jakarta, Rabu (25/4). /Foto Instagram @prabowo

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai NasDem hampir pasti bergabung koalisi parpol pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di Pilpres 2024. Tanpa merinci, Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengungkap sudah ada jatah menteri bagi dua parpol itu jika resmi bergabung. 

"Sama sekali enggak ada (kekhawatiran jatah menteri berkurang karena bergabungnya PKB dan NasDem) karena kita-kita sudah dapat gambaran dari Prak Prabowo. Jadi, katakanlah kuota kita enggak akan terganggu," kata Dradjad seperti dikutip dari Kompas.id, Jumat (26/4) lalu. 

Tak hanya PKB dan NasDem, Koalisi Indonesia Maju (KIM) juga membidik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PDI-Perjuangan untuk bergabung di pemerintahan Prabowo-Gibran. Lobi-lobi dilancarkan elite-elite politik dari KIM untuk merayu kedua parpol itu. 

Meski begitu, tak semua petinggi KIM setuju dengan upaya membentuk koalisi tambun di pemerintahan Prabowo-Gibran. Ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengingatkan agar Prabowo memperhatikan kesolidan koalisi sebelum mengajak parpol-parpol lain bergabung. 

"Bukan hanya besar-besaran koalisi, tapi juga setia. Karena dalam perjalanannya, kita tahu awalnya kompak, tetapi kemudian di tengah jalan bisa rontok satu per satu," kata AHY kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/4).