Sketsa oposisi setelah Jokowi lengser

PDI-P dan PKS menyatakan siap menjadi oposisi pemerintahan Prabowo-Gibran.

Ilustrasi bendera PDI-Perjuangan. /Foto Antara

Tak lama setelah hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di Pilpres 2024, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebar siaran pers. Hasto menegaskan PDI-P siap jadi oposisi pemerintahan. 

"Ketika PDI-Perjuangan berada di luar pemerintahan tahun 2004 dan 2009, kami banyak diapresiasi karena peran serta meningkatkan kualitas demokrasi. Bahkan, tugas di luar pemerintahan itu suatu tugas yang patriotik bagi pembelaan kepentingan rakyat itu sendiri," kata Hasto dalam rilis yang diterima Alinea.id, Kamis (15/2).

PDI-P mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud). Hasil hitung cepat menunjukkan pasangan itu jadi yang terbontot, meraup suara pada kisaran 16-18%. Pasangan Prabowo-Gibran mendominasi dengan raupan suara kisaran 55-59%, diekor pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) pada kisaran 24-26%. 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS), salah satu parpol pengusung AMIN, juga siap jadi oposisi. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan rekonsiliasi pascapilpres tak harus berarti parpol-parpol bergabung dengan kubu Prabowo-Gibran di pemerintahan. 

"Membangun oposisi yang sehat, itu juga bagian dari rekonsiliasi. Jadi rekonsiliasi tidak bermakna bahwa pasangan 01 (AMIN) bergabung dengan 02 (Prabowo-Gibran) karena proposalnya beda," ujar Mardani kepada wartawan di Jakarta,