'Stafsus tak terlalu penting, cuma membuat tambun'

“Menurut saya, tidak terlalu krusial. Fungsinya hanya sebagai teman diskusi saja," ucap Dedi.

Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama staf khusus yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma'ruf ketika diperkenalkan di halaman

Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syahputra menyebut, posisi staf khusus (stafsus) presiden dari generasi milenial tidak terlalu penting. Pasalnya, fungsi dan tugas stafsus tersebut sudah dijalankan para menteri dalam Kabinet Indonesia Maju.

Lebih lanjut, katanya, stafsus tak memiliki kewenangan apa pun dalam mengeksekusi segala program yang akan dijalankan presiden.

“Menurut saya, tidak terlalu krusial. Fungsinya hanya sebagai teman diskusi saja," ucap Dedi dalam diskusi “Efek Milenial di Lingkaran Istana” di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta, Sabtu (23/11).

Dedi mengatakan, seharusnya jabatan teknis, seperti stafsus, diberikan di tataran kementerian, bukan di kepresidenan. Sebab, kementerian lebih membutuhkan itu.

"Tidak perlu masuk di lingkungan Istana. Masuk ke kantor menteri saja," ujarnya.