Surya Paloh sebut perebutan kekuasaan penuh dengan intrik dan muslihat

Kendati demikian, menurut Paloh, peralihan kekuasan dalam sistem demokrasi di Indonesia justru diwarnai kondisi yang tidak adil (fair).

Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto (kedua kiri), menyambut Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh (ketiga kanan), di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Senin (9/3/2020). Foto Antara/Reno Esnir

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan perebutan kekuasaan merupakan sebuah keniscayaan dalam sebuah kontestasi politik. Sebab, kata Paloh, tanpa kekuasaan mustahil pikiran dan gagasan politik bisa direalisasikan.

"Lewat politik lah tawaran-tawaran gagasan dalam sebuah konteks hidup bersama disalurkan. Ibarat tubuh manusia, kehendak untuk menjadi sebuah tujuan dipersyarati dengan kuasanya rakyat yang berjalan, dan jiwa yang sadar. Orientasi kekuasan adalah keniscayaan dalam politik," kata Surya Paloh dalam pidato politik saat menerima doktor honoris causa (doktor kehormatan) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang, Senin (25/7).

Kendati demikian, menurut Paloh, peralihan kekuasan dalam sistem demokrasi di Indonesia justru diwarnai kondisi yang tidak adil (fair). Cerita tentang perebutan kekuasan, kata dia, kerap melahirkan ekses dan residu.

"Memang tidak bisa dipisahkan dari siasat, intrik, muslihat, dan tak jarang menimbulkan pertumpahan darah," jelasnua.

Menurut Paloh, dalam demokrasi, sistem kekuasaan diatur sedemikian rupa. Peralihan kekuasaan pun diatur sedemikian rupa sehingga terjadi secara berkala sehingga memungkinkan semua pihak memiliki kesempatan yang sama. Namun, dalam sistem demikian pun masih kerap terjadi kondisi yang dinilai tidak fair.