Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut, secara umum inflasi di Indonesia sudah terkendali. Bahkan, pada Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02%.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, kenyataannya pada 2022 ini masih akan diwarnai badai. Di mana harga-harga komoditas secara internasional meningkat.
Dia berharap pada bulan puasa dan lebaran nanti bisa tetap terkendali. "Tahun 2022 diwarnai badai. Harga-harga komoditas secara internasional meningkat," ucap Oke dalam diskusi Antisipasi Ketersediaan Pangan Saat Ramadan dan Idulfitri, Jumat (18/3) malam.
Oke menjelaskan, inflasi dari tahun ke tahun sejak 2018, 2019, 2020, 2021, dan 2022 yang perlu dikhawatirkan adalah inflasi pada pergantian 2018 ke 2019, dan seterusnya karena inflasi terjadi cukup tinggi. Sementara inflasi saat bulan puasa, kecuali 2019, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Lalu, pada 2018 inflasi bisa terkendali.
"Saya ingin sampaikan, setiap puasa dan lebaran beberapa hal yang perlu diperhatikan termasuk Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap komoditas yang inflasi harga adalah komoditi yang seharusnya ditangani Bapanas," tuturnya.
Dia menjelaskan, bahan pokok yang harganya meningkat pada puasa 2018 adalah daging ayam, telur ayam, dan bawang merah. Kemudian, pada 2019 peningkatan terjadi pada harga daging ayam, bawang putih, cabe rawit, cabe merah, dan gula pasir.
Selanjutnya, pada 2020 inflasi sangat terkendali, karena daya beli rendah. Pada April dan Mei 2020 saat mulai terjadi pandemi, bahan pokok yang panas adalah daging sapi, daging ayam, dan bawang merah.
Kemudian, pada 2021 inflasi juga terkendali kecuali pada daging ayam dan minyak goreng. Terakhir, pada 2022 masih terkendali, dan bahkan deflasi di Februari 2022.