sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bahana TCW: SBN Indonesia masih menarik bagi asing

Stabilitas ekonomi dan yield SBN yang tinggi kami perkirakan masih mampu menarik investor asing ke Indonesia

Annisa Saumi
Annisa Saumi Sabtu, 19 Jun 2021 08:29 WIB
Bahana TCW: SBN Indonesia masih menarik bagi asing

Meningkatnya angka positif Covid-19 di Indonesia, terutama di DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir, diperkirakan memengaruhi perekonomian dalam negeri. Perpanjangan masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro selama 15-28 Juni 2021 karena peningkatan angka Covid-19, diperkirakan menekan laju pertumbuhan positif yang mulai berjalan selama kuartal II-2021.

Sentimen negatif ini sempat berdampak pada pelaku pasar, yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di level 6.007 atau turun 61,3 poin pada perdagangan Jumat (18/6). Kondisi yang tidak mudah ini dikhawatirkan akan memengaruhi pilihan investor, khususnya asing untuk menempatkan dana di pasar keuangan Indonesia baik melalui instrumen saham maupun Surat Berharga Negara (SBN).

Di lain pihak, berdasarkan analisis Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), dalam jangka pendek, kondisi pasar keuangan Indonesia, khususnya perdagangan SBN, masih akan atraktif khususnya bagi investor asing.  

Direktur Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana TCW Budi Hikmat mengatakan, terlepas dari adanya sentimen negatif di pasar akibat merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Namun, kata dia, Bahana TCW melihat stabilitas pasar SBN dapat tetap terjaga di tahun ini.

"Kami melihat ada sejumlah faktor yang akan memengaruhi ekspektasi investor dalam berinvestasi di SBN, yaitu stabilitas ekonomi Indonesia, yield SBN kita yang masih tinggi dan likuiditas di pasar global yang masih berlebih. Stabilitas ekonomi dan yield SBN yang tinggi kami perkirakan masih akan mampu menarik investor asing ke Indonesia,” kata Budi dalam keterangan resminya, Sabtu (19/6).

Saat ini, lanjutnya, stabilitas ekonomi Indonesia masih terjaga. Nilai tukar rupiah yang stabil, inflasi yang terjaga di bawah target, neraca perdagangan Mei surplus US$2,36 miliar, dan juga BI kemungkinan akan tetap menjaga suku bunga acuan sebesar 3,5%, membuat real rate Indonesia tetap positif dan menunjukkan kebijakan moneter yang prudent.

Sementara itu, rilis data makro di Amerika Serikat, di mana angka inflasi melonjak hingga 5% (YoY) yang sempat menimbulkan spekulasi kebijakan percepatan tapering oleh The Fed dan dapat memicu capital inflow dalam waktu dekat.

Budi menjelaskan bahwa sepertinya data inflasi AS tidak akan begitu berpengaruh bagi investor global, karena inflasi AS sebesar 5% tersebut bersifat temporer. Hal ini terlihat dari penyumbang terbesar angka inflasi AS adalah kenaikan biaya transportasi, dalam hal ini harga mobil bekas. Sementara, indikator utama seperti harga bahan pokok masih terkendali.

Sponsored

Budi melanjutkan, The Fed juga menyatakan hal yang sama bahwa inflasi hanya bersifat temporer dan akan segera membaik. Dalam proyeksi terbaru, The Fed menunjukan inflasi mulai turun pada 2022.  

Akibatnya, ekspektasi inflasi pasar jangka panjang berangsur turun. Adapun rilis opini anggota Fed mensinyalkan kenaikan suku bunga baru akan terjadi pada 2023.

"Sedangkan taper kami perkirakan baru akan dimulai pada awal 2022 mendatang. Menurut pandangan kami, saat ini pelaku pasar global percaya dengan sinyal yang diberikan oleh The Fed, bahwa kebijakan moneter masih akan tetap akomodatif, setidaknya hingga akhir tahun ini," tutur dia.

Dengan kondisi seperti ini, diperkirakan pelaku pasar global akan tetap menyalurkan likuiditas yang berlebih di pasar emerging market yang masih menawarkan yield yang tinggi hingga akhir tahun ini.

Yield SBN Indonesia tenor 10 tahun sebesar 6,57% dipandang masih menarik, dibandingkan yield obligasi tenor 10 tahun AS yang diperkirakan dalam kisaran antara 1,37% sampai 1,88%. Ini terlihat dari dana asing yang masuk ke SBN per tanggal 15 juni sebesar Rp6,6 triliun.

“Kami memperkirakan tren positif net buy asing di pasar SBN akan berlanjut selama semester II tahun ini,” ucap Budi.

Berita Lainnya
×
tekid