Bank Indonesia (BI) melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana pada tahun ini untuk mengurangi beban APBN dalam menanggulangi dampak pandemi Covid-19.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hingga 16 Maret, BI telah membeli SBN di pasar perdana sebanyak Rp65,03 triliun, yang terdiri dari Rp22,90 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp42,13 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).
"Besarnya pembelian SBN di pasar perdana hingga 16 Maret 2021 sebesar Rp65,03 triliun," katanya dalam keterangan pers virtual, Kamis (18/3).
Adapun, pada 2020 BI juga gelah melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp473,42 triliun untuk pendanaan APBN 2020.
Mekanisme pembelian sendiri disesuaikan dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 16 April 2020, sebagaimana telah diperpanjang pada 11 Desember 2020 hingga 31 Desember 2021
Sementara itu, sejak 2020 BI juga telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp776,87 triliun atau 5,03% dari PDB, yang terdiri dari Rp726,57 triliun pada 2020 dan sebesar Rp50,29 triliun pada 2021.
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI ini pun telah menambah kelonggaran likuiditas perbankan dan mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yakni 32,86% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,11% (yoy).
"Dari besaran moneter, pertumbuhan besaran moneter M1 dan M2 pada Februari 2021 tetap tinggi, yakni sebesar masing-masing 18,6% (yoy) dan 11,3% (yoy)," ucapnya