sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Capaian dua tahun penerapan food estate bagi kelompok tani

Kemajuan di infrastruktur jalan produksi memudahkan penjualan hasil panen padi dari lahan yang dikelola.

Gempita Surya
Gempita Surya Selasa, 23 Agst 2022 18:42 WIB
Capaian dua tahun penerapan food estate bagi kelompok tani

Food estate sebagai salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024 telah memasuki tahun kedua. Program yang diinisiasi tak lama setelah muncul ancaman krisis pangan ini ditujukan untuk membangun lumbung pangan nasional.

Selama penerapannya, ada sejumlah persoalan baik manfaat hingga kendala dihadapi mereka yang terlibat langsung dalam program ini. Salah satunya terkait peningkatan produktivitas dan keuntungan komoditas pertanian.

Dalam diskusi bertajuk Dua Tahun Food Estate: Apa Saja Pencapaiannya? yang digelar secara daring, Selasa (23/8), perwakilan dari kelompok petani menyampaikan manfaat dan kendala selama pelaksanaan program food estate. Turut hadir dalam diskusi ini, yakni Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan Kementerian Pertanian (Kementan) Erwin Noorwibowo.

Hartoyo selaku Ketua Kelompok Tani Food Estate Sumber Rezeki di Belanti Siam, Kalimantan Tengah, mengaku produktivitas pertanian meningkat setelah bergabung dengan program yang dipayungi oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR tersebut.

Sebanyak 64 petani yang tergabung dalam kelompok tani di Belanti Siam mengelola lahan seluas 100 hektare. Adapun komoditas yang ditanam adalah padi.

"Kalau sebelum (ada food estate) itu kan paling sekitar 3 ton per hektare. Sekarang kan berhubung ada bantuan pupuk benih, itu alhamdulillah naik sekitar 1 sampai 1,5 ton," kata Hartoyo.

Menurut Hartoyo, jumlah tersebut meningkat dibandingkan sebelum kelompoknya bergabung dengan program food estate pada akhir 2020. Keuntungan yang didapat dalam sekali musim panen padi dari total produksi 4 ton mencapai Rp8 juta per hektare.

"(Sebelum ada food estate) Kadang-kadang ada yang nggak sampai 3 ton, paling 2 atau 2,5 ton," katanya.

Sponsored

Hartoyo mengatakan, dalam pemanfaatan lahan dengan menanam padi, pihaknya memperoleh sejumlah bantuan mulai dari alat dan mesin pertanian (alsintan), bantuan benih dan pupuk, hingga infrastruktur yang menunjang penjualan hasil panen.

Diakui Hartoyo, adanya kemajuan di infrastruktur jalan produksi memudahkan penjualan hasil panen padi dari lahan yang dikelola. Sebelumnya, hasil panen dari kelompok petani di Belanti Siam diangkut menggunakan kapal.

"Untuk penjualan hasil, itu lebih mudah. Dulu itu kalau kita jual pakai kapal, sekarang alhamdulillah jalan sudah aspal, ini kan lebih mudah kita keluarkan hasil," ucapnya.

Lain halnya dengan Saiful Rokib, Ketua Kelompok Tani Food Estate di Sidomulyo, Wonosobo, Jawa Tengah. Akses jalan produksi sampai saat ini masih menjadi salah satu kendala yang dialaminya dalam produktivitas pertanian.

Saiful mengatakan, perlu adanya perbaikan jalan di wilayah lahan pertanian yang dikelolanya bersama kelompok tani. Sebab, proses pengangkutan menggunakan sepeda motor menjadi terkendala di jalan licin dengan lokasi pertanian di wilayah pegunungan.

"Sekarang ini kan pakai sepeda motor, sepeda motor ini jalannya licin. Kalau bisa, jalannya dibangun. Ini sudah sangat membantu akses kami. Jalanya perlu dibangun, sehingga tidak licin kalau bawa pupuk, karena kami kan di pegunungan, jalannya turun naik," ujar Saiful.

Saiful bersama kelompok tani di Sidomulyo, Wonosobo mulai bergabung di program food estate sejak 2021. Dari 38 orang anggota kelompok tani, 35 orang petani menanam komoditas bawang putih di lahan seluas total 16 hektare.

Diakui Saiful, komoditas bawang putih di wilayahnya sempat redup sekitar tahun 1990-an. Namun, pihaknya kembali membangkitkan pertanian bawang putih secara mandiri pada 2008, kemudian semakin dikembangkan dengan adanya program food estate.

"Pertimbangannya di break even point tidak seimbang. Jadi kalau dulu produktivitasnya tinggi, penyerapannya juga belum jelas, pasarnya juga belum jelas. Dengan adanya food estate sudah diatur, sudah disiapkan obstakernya, bibitnya kami terima dari obstaker, stimulusnya dikasih pihak-pihak mitra kami. Sudah ada arah tujuan yang jelas, harganya juga sudah ada perjanjian di depan, nanti jualnya ke mana sudah diatur semua. Jadi ini memudahkan kita untuk bergairah lagi untuk menanam bawang putih," ujar Saiful.

Saiful mengaku, di samping fasilitas pertanian, pihaknya juga merasakan manfaat dari program ini berupa beragam akses informasi terkait pertanian. Selain informasi budidaya, kata Saiful, kelompok tani juga mendapatkan informasi terkait teknologi pertanian, pemasaran, hingga permodalan.

Akses dan manfaat dari berbagai informasi tersebut, imbuh Saiful, bahkan turut dirasakan oleh petani-petani lain di luar wilayah kelompok tani yang dikelolanya.

"Di food estate ini banyak sekali kalau kami katakan pendidikan-pendidikan di pertanian, kan tidak hanya di budidaya, melainkan ada akses pemasaran, permodalan dari KUR juga bagus. Sehingga ada beberapa pelatihan-pelatihan yang semakin gencar, jadi di wilayah (kelompok tani) lain kena juga (mendapatkan) imbas dari food estate, semuanya baik," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid