sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

DBS Group Research proyeksikan inflasi rata-rata RI berada di 3% pada 2022

DBS mengungkapkan terdapat tiga faktor yang mendorong kenaikan inflasi pada tahun ini dari posisi tahun lalu.

Asyifa Putri
Asyifa Putri Senin, 10 Jan 2022 16:09 WIB
DBS Group Research proyeksikan inflasi rata-rata RI berada di 3% pada 2022

DBS Group Research memperkirakan, inflasi Indonesia rata-rata akan berada di angka 3% pada 2022. Disebutkan, terdapat tiga faktor pendorong kenaikan inflasi dari posisi 2021, mulai dari kebijakan subsidi hingga upaya mengimbangi kenaikan berbagai biaya. 

Ekonom Senior DBS Radhika Rao mengatakan, inflasi indeks harga konsumen (IHK) naik menjadi 1,87% dan inflasi inti berada di angka 1,56% pada Desember 2021. Secara rinci, terdapat kenaikan menyeluruh dalam sub-komponen inflasi, antara lain mencakup makanan (3,1%), transportasi (1,6%), dan utilitas (0,76%).

"Pada 2021, inflasi rata-rata naik 1,6% yang menunjukkan fungsi peningkatan harga untuk menyeimbangi dampak harga komoditas yang tinggi, serta tekanan harga makanan dan jasa yang terkendali. Kami menilai bahwa kenaikan inflasi turut merespons tekanan dari sisi permintaan," jelas Radhika dalam keterangan resmi, Senin (10/1).

Radhika menilai, pihaknya memproyeksikan inflasi pada 2022 rata-rata senilai 3% atau masih dalam target Bank Indonesia di kisaran 2%-4%. DBS mengungkapkan terdapat tiga faktor yang mendorong kenaikan inflasi pada tahun ini dari posisi tahun lalu.

Pertama, reformasi subsidi, yaitu penyesuaian tarif bahan bakar dan utilitas. Kedua yaitu penerapan perubahan pajak, seiring berlakunya Undang-Undang Nomor 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). 

"Kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) kemungkinan akan memengaruhi setidaknya setengah dari inflasi dan berpotensi menyebabkan kenaikan cukai tertentu," tambahnya.

Ketiga yaitu langkah produsen dalam meningkatkan harga untuk menyeimbangi berbagai kenaikan biaya. Di mana, hal tersebut tercermin dari catatan inflasi harga grosir pada 2021.

"Hal itu untuk memperkecil selisih antara hasil produksi nyata dan hasil produksi potensial karena aktivitas mulai normal kembali," pungkasnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid