sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Energi fosil masih dominasi 87,4% energi bauran di Indonesia

Butuh empat kali lipat hasilkan EBT demi wujudkan target pada 2025.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Jumat, 23 Des 2022 08:45 WIB
Energi fosil masih dominasi 87,4% energi bauran di Indonesia

Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengakui bauran energi saat ini masih didominasi energi fosil atau non terbarukan dengan persentase 12,6% energi baru terbarukan (EBT). Sedangkan sisanya, yaitu 87,4% merupakan energi fosil.

“Ini memang masih belum terlalu baik. Kalau dari sisi persentase sepertinya tidak naik. Padahal kalau dihitung dari sisi total pembangkit, kita terus nambah tiap tahunnya. Rerata 500 megawatt (MW) masuk dari pembangkit,” ujar Dadan dalam penjelasannya di acara Forum Transisi Energi, Kamis (22/12).

Kecilnya jumlah tegangan listrik tersebut, menurut Dadan, karena saat ini pembangkit EBT di Indonesia masih relatif kecil. Meski demikian, ini sudah termasuk jumlah yang cukup banyak. 

Sementara, pemerintah berencana mewujudkan EBT pada 2025 sebanyak 23%. Bagi Dadan, jumlah ini masih perlu usaha lebih untuk mencapainya dengan empat kali lipat menghasilkan EBT.

“Kita memang kalau untuk mengejar 23% di 2025 angkanya harus 2000 MW, harus empat kali lipat dari sekarang. Mungkin kalau kita sama-sama sepakat bangun PLTS, itu setahun kita bisa bangun kalau barangnya ada. Tapi untuk saat ini rantai suplainya memang lagi terganggu,” ujar Dadan.

Dadan menambahkan, saat ini pemerintah terus melakukan percepatan transisi energi, sehingga pihaknya telah merekomendasikan pemerintah dari sisi suplai untuk menyuplai energi dengan sumber EBT. Selain itu, pihaknya menggeser pemanfaatannya yang semula menggunakan energi fosil menjadi energi bersih.

“Ini bukan memotong bisnis PLTU ya, tapi basisnya. Nilai manfaat dari sisi investor tidak berubah. Jadi ini yang sedang kita cari bagaimana agar masa kerjanya lebih cepat tapi bisnisnya sesuai perhitungan awal. Tidak ada sama sekali yang namanya PLTU akan rugi,” tutur Dadan.

Untuk sisi hulu, kata Dadan, PLTU akan dipercepat masa kerjanya dari 30 tahun menjadi 25 tahun.  

Sponsored

“Dari sisi hilir, kita dorong pemanfaatan listrik untuk transportasi dan ini terus didorong, pemanfaatan bahan bakar rumah tangga dari LPG ke listrik. Jadi, karena listriknya sudah bersih maka dari sisi hilirnya akan semakin bersih,” tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid