sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

IHSG berpeluang tembus 6.100, asalkan...

Pasar saham Indonesia berpeluang terus tumbuh. Syaratnya, Rupiah stabil dan inflasi tetap terkendali

Awan gunawan
Awan gunawan Senin, 16 Okt 2017 10:28 WIB
IHSG berpeluang tembus 6.100, asalkan...

Stimulus fiskal, nilai tukar mata uang yang stabil dan inflasi yang terkendali merupakan hal penting yang dapat mendukung kondisi pasar saham Indonesia ketika pelonggaran moneter tidak terjadi.

Namun kondisi perekonomian global, turut pula mempengaruhi pasar saham Indonesia. Di Amerika Serikat ada kecenderungan inflasi domestik yang naik dan kebijakan The Fed yang lebih agresif (hawkish). 

Pada saat seperti ini, dukungan pasar surat utang ke valuasi saham akan berkurang. Sedangkan risiko premium masih tetap tinggi di tengah kenaikan ketidapakstian kondisi eksternal.

Adrian Joezer, analis dari Mandiri Sekuritas (Mansek) memprediksi tidak ada pembalik kebijakan moneter di AS. Tetapi kontrol inflasi sangat penting untuk menjadi pemberi keuntungan bagi pencari yield.

Saat ini Federal Reserve masih berpeluang menaikkan bunga sekali lagi pada Desember mendatang. Sebab inflasi year on year pada Agustus lalu sebesar 1,9%.

Yield obligasi AS berkorelasi dengan pergerakan dolar AS dimana yield naik. Maka dolar akan menguat, sebaliknya jika yield obligasi menurun dolar melemah.

Karena tidak adanya dukungan dari pasar obligasi, sebagian besar faktor pergerakan IHSG adalah pertumbuhan laba. Observasi selama10 tahun yang dilakukan Mansek, menunjukkan korelasi antara pertumbuhan belanja pemerintah dan apresiasi rupiah terhadap pertumbuhan laba IHSG melompat menjadi 0,96 setelah masa booming komoditas.

Pertumbuhan indeks ditopang oleh beberapa faktor. Pertama potensi kejutan dari investasi swasta dan belanja modal (capex) BUMN Rp 600 triliun naik 44% secara year on year. Kedua, dampak positif dari harga komoditas yang kuat terhadap konsumsi dan pinjaman tidak lancar atau kredit macet perbankan naik.

Sponsored

Ketiga, reformasi pajak. Keempat dasar hitungan rendah karena musim panen yang lemah dan terakhir rating investment grade dari lembaga Standard and Poor’s.

“Skenario optimistis kami memprediksi IHSG dapat menutup tahun ini pada 6.100. Kenaikan yang sepenuhnya didukung oleh pertumbuhan laba per saham (EPS). Skenario dasar kami memprediksi ada penurunan tipis pada rasio harga saham per laba prediksian (forward PE ratio) menjadi 14,8x," papar Adrian. 

Mansek merekomendasi saham defensif berkapitalisasi besar seperti: GGRM, INDF, TLKM yang menunjukkan volatilitas laba yang terbatas.Berikut juga saham sektor konstruksi dan sektor perbankan yakni: PTPP, WIKA, MAPI, SCMA, BBTN. 

Berita Lainnya
×
tekid