sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Inflasi inti Juli memburuk karena kenaikan barang impor

Besaran inflasi inti secara bulanan biasanya berada pada kisaran 0,3%.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Kamis, 02 Agst 2018 14:37 WIB
Inflasi inti Juli memburuk karena  kenaikan barang impor

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komponen inti pada Juli 2018 mengalami inflasi sebesar 0,41%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juli) 2018 mengalami inflasi sebesar 1,78% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017) sebesar 2,87%.

Jika dibandingkan dengan inflasi inti pada tahun ini,  capaian inflasi inti pada Juli termasuk yang paling besar. Lihat saja pada Januari, tingkat inflasi inti yang terjadi hanya sebesar 0,31%, Februari sebesar 0,26%, Maret sebesar 0,19%. Lalu, April sebesar 0,15%, Mei sebesar 021%, dan Juni sebesar 0,24%.

Inflasi inti sendiri merupakan komponen yang cenderung menetap dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, misalnya, interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang serta ekspektasi dari pedagang dan konsumen.

Lantas seperti apa tanggapan pemerintah mengenai tingginya inflasi inti pada Juli? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut tingginya inflasi dipengaruhi oleh banyak hal.

Beberapa di antaranya dikarenakan adanya imported inflation atau kenaikan barang impor dan juga pemintaan yang relatif membaik.

Darmin menyebutkan, besaran inflasi inti secara bulanan biasanya berada pada kisaran 0,3%. "Biasanya core inflation itu di bawah 0,4%, mungkin 0,3%. Tapi kalau menurut saya, itu bukan cuma satu penyebabnya. Ya, pasti ada karena perbaikan permintaan. Apalagi, kurs sedang begini sehingga ada imported inflation juga ada," jelasnya Rabu malam (1/8) di kantornya.

Dia mengaku optimistis sampai akhir tahun inflasi masih berada pada kisaran 3,5% plus minus 1%.  Tentunya dengan syarat harga makanan bisa ditekan, jangan sampai menyumbang kepada inflasi di atas 5%.

Sementara itu, Bank Indonesia merilis inflasi volatile pada Juli sebesar 0,90% (mtm) sama dengan inflasi bulan sebelumnya.

Sponsored

Inflasi terutama bersumber dari komoditas telur ayam ras, daging ayam ras dan cabai rawit. Inflasi tertahan oleh koreksi harga bawang merah, cabai merah, dan daging sapi. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat 5,36% (yoy), lebih tinggi dari 4,60% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Bank Indonesia juga menyebut inflasi inti tetap terjaga di tengah kenaikan inflasi kelompok jasa. Inflasi inti tercatat 0,41% (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,24% (mtm).

"Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok inti adalah tarif pulsa ponsel dan pengaruh musiman dari uang sekolah (SD, SMA, SMP). Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,87% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,72% (yoy)," jelas Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Agusman seperti dikutip dalam siaran tertulisnya Kamis (2/8).

Ke depan, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5%±1% (yoy). Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dalam pengendalian inflasi, sehingga tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil.

Berita Lainnya
×
tekid